SATELITNEWS.COM, TANGSEL-Status udara di Kota Tangerang Selatan (Tangsel) tengah ramai diperbincangkan lantaran mengkhawatirkan. Melansir AQAir pada Jumat (11/8/2023), indeks kualitas udara (AQI) dan polusi udara PM2.5 berada diangka 172 atau tidak sehat, Jumat (11/8/2023).
Kondisi udara di kota anggrek berstatus tidak sehat pun turut dikomentari Pengamat Kebijakan Publik IDP-LP, Riko Noviantoro. Riko mengatakan, Pemkot Tangsel harus melakukan langkah-langkah strategis guna mengantisipasi hal tersebut.
Menurutnya, terdapat sejumlah langkah strategis yang diperlukan untuk menanggulangi polusi udara. Pertama, kata Riko, pemberitahuan kepada publik. Pemerintah perlu menginformasikan secara masif kondisi udara di Kota Tangsel guna menumbuhkan kesadaran bersama di lingkungan masyarakat.
Kedua, harus segera melakukan penguatan layanan kesehatan. Layanan kesehatan tingkat pertama dan lanjutan, seperti puskesmas, klinik sampai rumah sakit. Pusat layanan kesehatan umum perlu mengantisipasi terjadinya lonjakan warga pasien penderita gangguan pernafasan.
“Ketiga, Pemkot Tangsel perlu segera melakukan komunikasi struktural dengan pemerintah pusat dan pemeritnah daerah sekitar. Agar dilakukan upaya terhadap pemicu menurunnya kualitas udara di Tangsel,” terangnya.
“Hal ini perlu segera diantisipasi pemerintah daerah,” sambung Riko saat dikonfirmasi.
Sementara, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kota Tangerang Selatan Wahyunoto Lukman, mengatakan, pihaknya mempertanyakan aplikasi asal Swiss tersebut. Kata dia,alat tersebut hanya mengukur ukuran partikel di udara.
“Ya aplikasinya pertama, kita tidak tau persis ya, dan apalagi alat yang digunakan. Tapi kalau syaa ikuti Informasi bahwasanya dari alat yang mereka gunakan itu hanya mengukur ukuran partikel di udara. Yang disebut PM itu particular meter, jadi memang kalau alat mengukur partikular meter itu banyak dijual dimana mana, dan alat murah, serta bisa digunakan oleh siapapun, dimana aja,” paparnya.
Wahyu menyebut, jikalau menyimpulkan keadaan di suatu wilayah itu harus ada metodologi nya dan seperti apa metode sampling nya. “Itu harus ada metodologi, sampel udara yang diambil, kalau untuk wilayah tangsel ada di 7 kecamatan, 54 kelurahan, seprti apa dia metode samplingnya, atas udara yg diuji dengan alat partikular meter,” sebutnya.
Apalagi, kata dia, partikular di udara memiliki unsur berbagai macam dan jenis. Dan pasti, lanjut dia, kalau alat yang digunakan partikular meter itu tidak bisa mengetahui unsur apa dalam partikel yang diukur tersebut.
“atakanlah mendapatkan kesimpulan bahwasanya udara disini mengandung partikel dengan ukuran ada yg skala 2,5 ada yg skala 1, ada yang skala 10, nah kalau hanya partikel, paling kita memang ada gangguan pernapasan di saluran atas, cukup diatasi dengan masker. Yang perlu dicek lebih lanjut kandungan dari partikel itu,” ungkapnya.
“Makanya kalau ada aplikasi2 informasi kita harus cermati, apa motifnyanya mereka, jangan hanya mendapat profit atau mencari keuntungan dari aplikasi yang dipasarkan. Atau alat yang diapsarkan. Tidak mampu mempertanggung jawabkan metodologi sampel yang di gunakan,” sambungnya.
Wahyu menegaskan, pihaknya memiliki alag pengukur udara sendiri. Dan kata dia, berdasarkan alat ukur DLH sampai dengan saat ini kualitas udara di Tangsel berstatus sedang alias masih aman untuk makhluk hidup.
“Alhamdulillah aman. Sampai dengan data yang kemarin keadaannya (kualitas udara) sedang. Sangat layak untuk mahluk hidup, manusia hewan, tumbuhan dan lain-lain. Jadi kita kalau untuk ngambil sempel pakai alat pasif namanya, itu kami selalu ambil sempel dari 7 kecamatan tapi dalam tempo tertentu berbeda beda kelurahan. itu nanti kami bandingkan dengan alat aktif kami yang eksis berada di taman kesehatan itu yang real time 24 jam 7 hari seminggu, engga mati,” pungkasnya. (Eko)
Diskusi tentang ini post