SATELITNEWS.COM, SERANG – Tim Penggerak Pemberdayaan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Pusat, mendorong masyarakat agar menggencarkan gerakan konsumsi makanan pendamping nasi.
Selain negara Indonesia kaya akan makanan karbohidrat alternatif, kondisi el-nino saat ini juga membuat serapan gabah petani kita menurun cukup tinggi.
Hal itu, diungkapkan Safriati Safrizal Ketua Bidang IV Bidang Kesehatan Keluarga dan Lingkungan TP PKK Pusat, seusai mendampingi jajaran pengurus PKK Pusat melakukan kegiatan penguatan kelembagaan PKK dan posyandu, dalam pemenuhan makanan bergizi bagi anak, di Kelurahan Pagerbatu, Kecamatan Majasari, Kabupaten Pandeglang, Senin (9/3/2023).
Menurut Safriati, gerakan mengonsumsi makanan pengganti nasi atau diversifikasi pangan itu, sudah digalakkan oleh bapak Mendagri Tito Karnavian, beberapa waktu lalu.
Dengan kekayaan alam yang ada, beliau mengajak seluruh masyarakat untuk beralih ke sumber pangan karbohidrat selain nasi.
“Bahan pangan lokal itu banyak sekali didapati di setiap lokasi. Itu bisa dijadikan sebagai pendorong mahanan tambahan,” ujarnya.
Ia juga mengaku, bersyukur jajaran PKK di Provinsi Banten ini sudah menggencarkan pemanfaatan pangan lokal dengan olahan berbagai varian.
“Tadi ada puding yang berbahan dasar daun kelor. Itu merupakan sebuah terobosan yang bisa disebarluaskan,” imbuhnya.
Di Kelurahan Pagerbatu, sendiri ada sebanyak 75 anak stunting. Lokus itu menjadi yang paling banyak, dibanding Lokus lainnya di Kabupaten Pandeglang.
Oleh karena itu TP PKK Pusat menjadikan Kelurahan Pagerbatu sebagai sempel penanganan program di atas.
Untuk memperluas gerakan program itu, TP PKK Pusat memberikan anggaran sebesar Rp560 juta kepada Pemkab Pandeglang. Untuk lebih memaksimalkan capaiannya, Pemprov dan Pemkab juga didorong untuk menggunakan APBD masing-masing.
Safriati menambahkan, penanganan stunting menjadi kebijakan prioritas pemerintah yang harus didukung semua pihak, salah satunya gerakan 1.000 hari pertama anak yang sangat penting.
“Makanya asupan nutrisinya cukup, dengan menggencarkan gerakan makananan sehat sehingga anak-anak bisa berkembang dengan maksimal,” katanya.
Dengan program ini, Safrianti berharap, tahun 2045 nanti angka stunting di Indonesia bisa menjadi zero stunting. Sehingga dengan begitu, tujuan indonesia emas 2045 bisa tercapai dengan bonus demografi SDM yang unggul.
“Kita berharap upaya ini dapat meringankan beban masyrakat dan keluarga beriesiko stunting dan meningkatkan partisipasi TP PKK,” ucapnya.
Tine mengatakan, dengan modal kepengurusan yang aktif sampai tingkat kelurahan atau desa, program tersebut akan direplikasi secara massif di seluruh Lokus penanganan stanting di Provinsi Banten dengan mengoptimalkan anggaran yang ada.
“Kegiatan ini hanya sempel saja, bagaimana penanganan stunting itu harus langsung turun kebawah dan melakukan langkah-langkah konkrit,” kata Tine Al Muktabar.
Pemprov Banten sendiri, saat ini tengah menggencarkan produktivitas endemi asli daerah yakni Talas Beneng yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber karbohidrat pengganti nasi.
Saat ini dari luas lahan produksi yang tersedia sekitar 263 hektar, Di wilayah Kabupaten Pandeglang sebanyak 197 hektar. Sedangkan sebagian kecil lainnya tersebar di Kabupaten Serang 47 hektar dan Lebak 19 hektar.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distan) Provinsi Banten Agus M Tauchid sebelumnya mengatakan, dari luas lahan itu produksi talas beneng kita baru mencapai 3,5 ton perminggu.
Sedangkan kebutuhan untuk di daerah Bogor saja sebanyak 5 ton perminggu. “Itu untuk kebutuhan umbinya saja ke Bogor masih kurang, belum daerah lain apalagi sampai dikembangkan untuk kebutuhan dalam daerah sendiri,” katanya.
Selain umbinya, tambah Agus, batangnya juga bisa digunakan untuk kebutuhan tekstil. Kemudian daunnya bisa dijadikan bahan utama pengganti tembakau yang dibutuhkan sejumlah industri di luar negeri seperti Australia dan New Zaeland.
Bahan tembakau dari daun talas beneng ini, lanjutnya, berdasarkan hasil uji laboratorium ternyata sangat bagus, bahkan kandungan nikotinnya bisa sampai nol persen.
“Permintaan Australia itu dalam sebulan untuk tembakau mencapai 200 ton perbulan, itu belum termasuk New Zaeland. Kita belum bisa memenuhi itu, karena dari luas lahan kita masih kurang. Idealnya lahan yang tersedia 384 hektar baru bisa memenuhi kebutuhan ekspor itu, dengan catatan setiap hektarnya ditanam sebanyak 5.000 batang. Artinya kita masih kekurangan lahan produksi sekitar 121 hektar lagi,” jelasnya.
Pj Sekda Banten Virgojanti mengungkapkan, pemberian bantuan pangan untuk stunting terus dilaksanakan dengan pemberian telur, beras, ikan, dan lainnya dengan berkolaborasi bersama dunia usaha, termasuk hari ini dilakukan oleh TP PKK Pusat kepada anak 75 anak.
“Hal lain yang perlu diperhatikan Untuk memenuhi kebutuhan tersebut makanan bergizi anjuran untuk Pekarangan Pangan Lestari (P2L) terus digalakkan oleh kita semua agar meningkatkan kecukupan gizi keluarga,” ucapnya. (luthfi)
Diskusi tentang ini post