SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Kota Tangerang mencatat hingga dua bulan jelang berakhirnya masa bhakti Wali kota-Wakil Wali kota Tangerang Arief-Sachrudin capaian Rencana Pembanguna Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2019-2023 sudah 97,96 persen. Bappeda pun optimis target RPJMD yang ditetapkan akan tercapai hingga penghujung tahun 2023 ini.
Kepala Bappeda Kota Tangerang Decky Priambodo Koesridartono menyampaikan, Bappeda Kota Tangerang secara rutin melakukan evaluasi capaian RPJMD setiap tiga bulan sekali. “Kita optimislah bisa mencapainya. Memang ini bagian yang tidak terpisahkan dengan RPJP (Rencana Pembangunan Jangka Panjang) secara keseluruhan. Dan alhamudillah dalam empat kali RPJP kita capaiannya bagus dengan kriteria 97,96 persen. Itu klasifikasinya sangat tinggi dari Kemendagri,” terang Decky kepada wartawan, Senin (30/10/2023) di Puspem Kota Tangerang.
Decky mengakui memang ada beberapa target yang belum tercapai. Namun sekali lagi, dirinya mengaku optimis bisa mengejar hingga akhir tahun. “Inikan belum selesai. Artinya masih ada proses yang dikejar hingga akhir 2023 ini. Beberapa indikator dipublish oleh pusat, nanti kita tunggu dari pusat. Seperti misalnya pencapaian target penurunan angka kemiskinan, itukan yang mengeluarkan BPS. Nah indikatornya baru kita bisa dapatkan awal tahun depan,” ucapnya. Meski begitu, ucapnya ada beberapa indikator yang dikeluarkan internal.
Khusus indikator yang dikeluarkan internal, menurut mantan Kepala Dinas PUPR ini, ada enam indikator yang capaian targetnya coba terus dikejar sesuai RPJMD. “Yang pertama berkaitan dengan indikator kemiskinan. Ini memang datanya dikeluarkan oleh BPS. Dan terus terang kita memang masih terkoreksi dalam akibat pandemi Covid-19. Tapi kita sudah perlahan mulai naik ya, sebab kemiskinan kita udah turun drastis hampir 2 persen atau sekarang 7 persen dari yang sebelumnya 9 persen, karena itu harapannya (target RPJMD) akan bisa tercapai,” katanya.
Menurut Decky, target penurunan kemiskinan dalam RPJMD ditetapkan di bawah 7 persen. “Mudah-mudahan ini bisa membaik. Yang jelas nanti kita lihat setelah BPS mengeluarkan data,” ujarnya. Indikator berikutnya adalah gini ratio atau rasio ketimpangan kesejahteraan masyarakat Kota Tangerang. Dikatakannya gini ratio di Kota Tangerang pun terkoreksi akibat pandemi. “Angkanya masih 0,3 sekian. Memang trendnya dampak Covid-19 di perkotaan itu luar biasa terhadap gini ratio, kemiskinan di perkotaan bertambah setelah Covid dan mempengaruhi gini ratio juga,” ungkapnya. Namun begitu range yang terjadi masih dalam upaya bisa ditangani.
Indikator selanjutnya laju pertumbuhan ekonomi (LPE), yakni dari -6,97 persen menjadi 5,8 persen. Capaian itu menurutnya merupakan hal luar biasa. Namun lagi-lagi ucapnya persentase itu masih di bawah target RPJMD. “Memang dampaknya Covid-19 itu sangat luar biasa terhadap pertumbuhan ekonomi. Tapi memang dalam dua tahun terakhir trend-nya (pertumbuhan ekonomi) terus mengalami peningkatan,” ucapnya.
Selanjutnya adalah indikator SAKIP (Sistem Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintahan). Decky mengatakan, target SAKIP dari Pemkot Tangerang adalah BB sampai B. “Ini masih dalam proses evaluasi dari Kemenpan RB. Sebab ada perubahan mekanisme penilaian dari Kemenpan RB. Saat ini kinerja penilaian yang sifatnya berdampak. Terus terang SAKIP kita belum naik, masih stagnan. Tapi kalau dibanding dengan daerah lain kita mempunyai outcome yang lebih bagus. Penurunan prevalensi stunting bagus, penurunan kemiskinan ekstrem bagus, SPM kita terbaik di Indonesia, tapi mungkin Kemenpan RB dilihat ada sesuatu yang berbeda. Kalau Kemenpan RB kan bicaranya evaluasi perencanaan. Kita proses perencanaannya dianggap kurang baik meski pun outcome-nya baik dibandingkan dengan daerah lain,” ucapnya.
Indikator selanjutnya adalah angka kematian ibu (AKI) setelah melahirkan. Menurut Decky Pemkot Tangerang menargetkan dapat menekan AKI seminimal mungkin hingga di bawah target nasional dan provinsi. “AKI kita targetkan sangat rendah, bahkan di bawah nasional, sangat kecil. Bahkan karena saking kecilnya, terasa agak sulit menurunkannya. Kita targetnya 12,1 per 100 kelahiran, nah ketika kita masuk pada level itu memang agak berat,” ucapnya.
Kembali lagi Decky mengatakan jalan terjal mencapai target indikator itu tidak lain disebabkan Covid-19. “Nah kita fokus ke penanganan Covid-19 sehingga penanganan kelahiran ibu menjadi agak terlupakan. Saya sendiri belum tahu angkanya seperti apa, tapi itu masih menyisakan untuk naik lagi,” ucapnya. Ada pun untuk indicator yang sudah tercapai adalah indeks pembangunan manusia (IPM) sudah tercapai yakni 79,6 meski terjadinya pendemi. “Itu angka absolut,”ucapnya. (made)
Diskusi tentang ini post