SATELITNEWS.COM, TANGSEL-Seorang influencer asal Batam mendatangi Mapolres Tangerang Selatan (Tangsel) pada Jumat (24/11/2023). Kedatangan Rijki Budiman yang didampingi kuasa hukum untuk menindaklanjuti laporannya atas kasus penipuan pembelian tiket band asal Inggris Coldplay.
Mereka melaporkan dua orang remaja FMR dan ASF yang melakukan penipuan terhadap Rijki hingga Rp 500 juta. Rijki mengaku sebelumnya telah membeli tiket kepada dua orang remaja asal Kota Tangerang Selatan tersebut. Rencananya ia akan membagikan tiket tersebut untuk teman – temannya.
Namun nahas, saat konser yang digelar pada pertengahan bulan November 2023 lalu ini dirinya tidak juga mendapatkan tiket atas transaksi yang telah dia lakukan.
“Untuk dibagi ke teman bukan untuk dijual lagi. Harusnya sudah ada 7 hari sebelum acara,” kata dia.
Dia mengatakan atas kejadian ini banyak rekannya yang menjadi korban. Dirinyapun meminta Kapolri untuk dapat mengatensikan kasus tersebut.
“Kami mohon pak Kapolri bisa mengatensikan dan mengungkap kasus ini sampai tuntas agar kedepannya tidak ada lagi kejadian serupa,” harapnya.
Kuasa hukum korban, Leon Maulana Mirza mengatakan, pihaknya telah melaporkan kejadian ini pada 20 November 2023 lalu ke Polres Tangerang Selatan.
“Kami dari kantor hukum 74. Kami kuasa hukum dari Rijki Budiman jadi Rijki ini influenser dan konten kreator dari Batam. Pertanggal 20 November ini kami melaporkan adanya tindak pidana penipuan dan penggelapan terhadap tiket konser coldplay yang telah diadakan di Jakarta 15 November lalu, terhadap terlapor inisial FMR dan ASF. Jadi FMR dan ASF kami duga satu komplotan dengan GDA yang telah ditetapkan jadi tersangka di PMJ,” ujarnya saat dijumpai, Jumat (24/11/2023).
Kata Leon perputaran uang di rekening GDA berkisar 40 M. Hal tersebut, kata Leon, berdasarkan dari keterangan PPATK. Ia pun menduga, penipuan tersebut sudah terstruktur dan masih terdapat pelaku lainnya.
“Berdasarkan pernyataan ketua PPATK. Yang mana dengan nominal fantastis itu tidak mungkin anak 19 tahun mengkoordinasikan, mengerjakan secara sendiri. Kami duga ini terstruktur, terencana. Ada pihak dbalik ini semua. Kami minta Sandiaga Uno selaku Menpar sebagai penanggung jawab buka suara akan konser ini. Jangan korban teriak akan kerugian penipuan, penanggung jawab malah diam/bungkam,” kata dia.
Vini Rismayanti, yang juga tim kuasa hukum menyebutkan, jika pasangan FMR dan ASF ini merupakan jaringan dari GDA.
GDA sendiri merupakan seorang tersangka dalam kasus serupa di Jakarta Pusat.
“Jadi kami menduga ini sebagai komplotan, yang mana kami menduga ini juga ada peran orang tua terlapor. Bahwa berdasarkan bukti yang kami dapat memang ada rangkaian peristiwa yang mana orang tua terlapor secara langsung punya andil secara langsung dalam proses pembelian tiket,” ucapnya.
“Kemudian sumber yang kami dapat dari pusat pelaporan dan analisa transaksi keuangan. Mereka melaporkan ada 40 M perputaran uang dari rekening si terlapor dari rentang waktu Mei sampai konser dilaksanakan November kemarin,” sambungnya.
Atas kejadian ini, kata Vini, korban yang mengalami kerugian hingga ratusan juta ini pun berharap aparat Kepolisian bisa mengungkap pelaku dan dilakukan secara transparan.
“Kemudian kami juga menduga pasangan terlapor telah menerima aliran dana dari tindak pidana yang kami laporkan. Makanya kami duga peristiwa ini adalah komplotan yang terencana dari awal. Klien kami merugi setengah miliar (553 jutaan) untuk 115 tiket,” pungkasnya. (eko)
Diskusi tentang ini post