SATELITNEWS.COM, SERANG – Produksi padi Provinsi Banten sepanjang tahun 2023, hanya mencapai 1,6 juta ton GKG. Angka itu, mengalami penurunan sebanyak 109,82 ribu ton GKG atau sebesar 6,14 persen, dibandingkan produksi padi di tahun 2022 yang mencapai 1,79 juta ton GKG. Penurunan itu, salah satunya disebabkan oleh Elnino.
Kepala Dinas Pertanian dan Peternakan (Distan)Provinsi Banten Agus M Tauchid mengatakan, total lahan pertanian di Provinsi Banten berdasarkan data dari BPN seluas 204.000 hektar. Asumsi angka itu berdasarkan kondisi eksisting yang terjadi dengan mengabaikan pola ruang.
“Misalnya Kota Tangerang mengklaim 0, padahal eksisting-nya masih ada. Berarti itu sudah direncanakan untuk penggunaan yang lain. Tapi sudah di 0 kan. Kemudian di Kabupaten Tangerang dimana kondisi eksisting seluas 39.000 hektar namun dalam Perda RTRW hanya tersisa 13.000 hektar,” kata Agus, akhir pekan lalu.
Atas data itu, lanjut Agus, artinya pola tata ruang sangat menentukan. Meskipun pola tata ruang itu jangka panjang selama 20 tahun, namun penyusutan yang terjadi akan berlangsung secara bertahap.
“Di Perda RTRW itu, dalam 20 tahun ke depan lahan persawahan produktif di Banten tinggal 123.000 hektar,” imbuhnya.
Agus mengklaim, penyusutan lahan pertanian di Perda RTRW itu disebabkan oleh berbagai faktor, salah satunya berkembangnya sejumlah kawasan industri, pergudangan serta perumahan.
Meski demikian, dirinya meyakini jika target tahun 2024 nanti bisa tercapai sebesar 1,9 juta ton GKG dengan berbagai upaya pembenahan sistem pengairan tersier yang ada sebagaimana yang telah dirancang ke depan pembenahan saluran irigasi itu akan menjadi fokusnya.
Penurunan produksi padi tahun 2023 ini selain karena elnino, sejumlah saluran irigasinya juga kondisinya memprihatinkan banyak yang rusak. Kami ingin kedepan Banten bisa mengambil inisiatif bagaimana perbaikan irigasi di Kota dan kabupaten itu bisa dikerjasamakan dengan Provinsi.
“Kalau hanya mengandalkan dari mereka, progresnya akan lama. Makanya kita akan bersinergi sehingga peran Provinsi bisa mendukung kebijakan regulasi itu,” jelasnya.
Berkurangnya hasil panen disebut telah menyebabkan tingginya harga beras saat ini. Walaupun begitu, kata Agus, tingginya harga beras diiringi oleh tingginya kualitas dari beras itu sendiri.
Sebab, cuaca kemarau membuat tanaman padi berfotosintesis dengan baik, sehingga menghasilkan beras yang berkualitas. Dirinya pun menyatakan bahwa stok kebutuhan pangan warga Banten saat ini masih aman hingga momentum libur natal dan tahun baru.
“Walaupun ada penurunan produksi, namun produksi padi di Banten ini tetap berada di tingkat 8 besar produksi padi se- Indonesia. Pemerintah juga terus berupaya untuk mencegah naiknya inflasi yang dapat berpengaruh terhadap naiknya harga kebutuhan pokok,” pungkasnya. (luthfi)
Diskusi tentang ini post