SATELITNEWS.COM, SERANG – Di tahun 2023 ini, Pemprov Banten masih mempunyai Pekerjaan Rumah (PR) pengentasan sejumlah desa, yang masih berada pada status tertinggal dan sangat tertinggal. Berdasarkan data yang ada, dari 1.238 desa, 100 desa masih masuk kategori tertinggal dan dua desa sangat tertinggal.
Salah satu faktor ratusan desa itu masih berstatus tertinggal adalah, minimnya ketersediaan Sarana dan Prasarana (Sarpras) seperti akses jalan yang baik, sanitasi serta pelayanan kesehatan, sehingga dari itu penangan kemiskinan ektrim, stunting serta program prioritas lainnya tidak berjalan dengan maksimal.
Maka dari itu, untuk mempercepat penanganan program prioritas di atas, Plt Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Provinsi Banten Usman Assidqi Kohara, menggagas inovasi Gerakan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Ekstrem Melalui Penguatan Pemberdayaan Kelembagaan Desa Pada Desa Tertinggal (Gipang Ketan Ka Desa).
Gerakan pemberdayaan seluruh kelembagaan yang ada di desa itu, difokuskan pada tiga desa yang menjadi pilot projek, yakni yakni Desa Cisaat di kabupaten Serang, Desa Bojong Menteng Kabupaten Pandeglang dan Desa Cisangu Kabupaten Lebak.
Dikatakan Usman, penguatan pemberdayaan kelembagaan desa itu perlu dioptimalkan, dari peran Kepala Desa, DPD, Keluarga, Posyandu dan juga kelembagaan desa yang ada dengan fokus pada peningkatan kecerdasan dan keberdayaan desa.
Dengan peningkatan kecerdasan, setiap orang tidak hanya bisa melakukan sesuatu, tapi juga melakukan pengembangannya. Kemudian pemberdayaan juga dilakukan melalui penguatan kelembagaan yang ada dari mulai PKK bisa berjalan secara optimal untuk melakukan gerakan inovatif, kreatif agar memberikan kontribusi yang besar dalam kemajuan desa
“Sehingga desa itu bisa betul-betul berdaya, tidak ada lagi yang sangat tertinggal, tertinggal. Semua desa bisa berkembang dan mandiri, sehingga menjadi salah satu bagian dari memajukan Banten,” pungkasnya.
Gerakan ini, lanjut Usman, akan terus dikembangkan, tidak hanya pada tiga desa yang menjadi pilot projek. Apalagi jumlah desa tertinggal di Banten masih terhitung banyak. Oleh karenanya, dengan gerakan ini diharapkan ke depan seluruh desa yang ada di Provinsi Banten bisa meningkat statusnya menjadi desa yang berkembang dan mandiri.
“Ini kan cuma titik awal gerakan saja, kedepannya tentu akan terus kita kembangkan ke seluruh desa yang ada,” ucapnya.
Pj Sekda Banten Virgojanti menambahkan, sejatinya program inovasi ini sangat bagus diterapkan. Namun dirinya menekankan agar proses penanganannya harus dilakukan secara serius, terutama dalam penanganan kemiskinan ektrim. Dengan gerakan ini output yang dihasilkan harus lebih baik da ri pada sebelumnya.
“Makanya harus ada tuh before and after-nya. Bagaimana kondisi des aitu sebelum dilakukan intervensi inovasi program dan setelah dilakukan intervensi,” pungkasnya.
Melaui inovasi itu, lanjut Virgo, keterlibatan aktif Pemdes dan jajaran menjadi ujung tombak keberhasilan dari program pengentasan kemiskinan ektrim yang dilakukan oleh Pemprov Banten. Apalagi, tambahnya, dukungan Pemprov maupun Pemda saat ini begitu besar untuk penanganan berbagai program prioritas yang ujung pangkal sasarannya adalah masyarakat di pedesaan.
“Untuk itu Kepada Desanya juga harus punya semangat yang tinggi dalam rangka mendayagunakan seluruh potensi yang ada, termasuk potensi anggaran yang masuk ke desa untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan mengentaskan masalah kemiskinan ektrim,” ujarnya.
Apalagi, kata Virgo, berbagai program itu mulai dari perencanaan, penyusunan sampai para penganggarannya dilakukan melalui rembuk bersama warga dengan modal anggaran yang sudah diberikan oleh pemerintah.
“Makanya inovasi itu sangat strategis sekali, khususnya bagi desa-desa yang masih tertinggal, karena kita punya target 0 persen di tahun 2024 dan sekarang posisi kita di 0,41 persen,” ucapnya. (luthfi)
Diskusi tentang ini post