SATELITNEWS.COM, LEBAK—Daun kelor bagi sebagian masyarakat tradisional Indonesia dipercaya bisa merontokkan kekuatan “kanuragan” seseorang seperti ilmu kebal. Namun tak cuma itu, kelor ternyata juga dianggap ampuh mencegah stunting. Karenanya, aparat penegak hukum (APH) se Kabupaten Lebak ramai-ramai menanam pohon tersebut di Sarana Asimilasi dan Edukasi (SAE) Lapas Rangkasbitung, di Kecamatan Cibadak, Selasa (19/12/2023).
Pohon kelor yang ditanam di lahan milik Lapas Klas III Rangkasbitung tersebut, sengaja dibudidayakan oleh pimpinan APH se-Lebak yang telah dikukuhkan sebagai Bapak/Bunda Asuh Anak Stunting (BAAS) terdiri dari Kejari Lebak, Lapas Rangkasbitung, Pengadilan Negeri, Pengadilan Agama, Polres Lebak dan Peradi Rangkasbitung, agar tanaman multi vitamin itu bisa terus tumbuh.
Sebab, banyak manfaat yang didapat dari daun yang memiliki nama ilmiah Moringa Oleifera. Tanaman tersebut merupakan tanaman multiguna, karena hampir seluruh bagian mulai dari akar, daun, polong/pods, dan kulit batang dapat dimanfaatkan oleh semua kalangan.
“Kegiatan ini (tanam pohon kelor) merupakan bukti nyata dari tanggung jawab para pimpinan APH sebagai BAAS di Kabupaten Lebak melakukan berbagai hal yang bisa membantu menyelesaikan permasalahan stunting di Lebak,” kata Kepala Kejari Lebak, Mayasari.
Katanya, seluruh pimpinan APH telah menjadi BAAS masih terus berupaya memenuhi kewajibannya dalam kegiatan tersebut. Oleh karenanya, ia meminta pihak Pemerintah Kabupaten Lebak untuk terus membersamai dan mengingatkan agar bisa berjalan maksimal. “Tentunya kami ingin terus bersama-sama mengentaskan stunting. Sebelumnya memang ada miss komunikasi setelau pengukuhan, semoga kedepannya bisa terus kita perbaiki,” imbuhnya.
Sementara, Kepala bidang (Kabid) Dalduk-KB DP3AP2KB Lebak, Tuti Nurasiah mengungkapkan, tanaman kelor merupakan tumbuhan multi vitamin yang kaya akan nutrisi untuk kebutuhan anak stunting. Sebab, daun kelor mengandung vitamin dan mineral, antara lain Vitamin B6, Vitamin B2, Vitamin C, Vitamin A, zat besi, dan Magnesium. “Tidak hanya itu, satu mangkuk daun kelor (sekitar 21 gram) mengandung protein nabati, sebanyak dua (2) gram,” jelas Tuti.
Tak sekadar itu, lanjut Tuti tanaman kelor dapat menjadi salah satu bahan pangan lokal yang bisa dibuat oleh keluarga beresiko stunting untuk mencegah resiko stunting baru. Diketahui, kata Tuti dalam grafik prevalensi stunting di Lebak berdasarkan data EPPGBM, pada tahun 2023 berada diangka 3,65. Angka tersebut lebih rendah dibandingkan dua tahun terakhir. “Semua pihak memiliki semangat juang yang sama. Tentu saja atas dasar tahu, paham dan peduli,” tandasnya. (mulyana)
Diskusi tentang ini post