SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Universitas Multimedia Nusantara (UMN), Silla University, dan KOICA mengadakan konferensi pada Selasa (19/12/23) di Function Room Episode Tangerang, membahas program KSU4IRTC. Konferensi ini membahas mengenai revolusi industri ke-4, Artificial Intelligence (AI), smart factory, dan Industri 4.0.
Beberapa perwakilan dari kolaborasi UMN-Silla-KOICA turut hadir dalam konferensi tersebut. Ninok Leksono, M.A, (Rektor UMN), Mr. Jeong Yun Gil (Country Director KOICA Indonesia), Mareta Pratiwi (Sekretaris Eksekutif PIDI 4.0), Mr. Hammam Riza, M.Sc, IPU (Presiden KORIKA), Mr. Sang Hun Bae (Direktur Utama PT HLI Energy Solution), I Putu Agus Sugita Eka Putra (Regional Manager of Siemens Indonesia); dan Prof. Soeng Soo Kim (Head of Professor Dept. Teknik Mesin, Silla University).
“Di pagi hari seperti ini, terkadang saya berpikir, kita sangat rajin. Semua orang berpikir tentang liburan, tapi kita masih di sini dan berbicara tentang revolusi industri ke-4,” kata Ninok dalam pidato pembukaannya, membuat semua yang hadir tersenyum.
“Saya ingin melihat apakah dalam diskusi ini akan ada pembicaraan tentang bagaimana mempromosikan dan mengembangkan merek-merek Indonesia di sepanjang jalan dengan partisipasi yang lebih besar dari para insinyur atau pekerja Indonesia,” tutupnya.
Jeong Yun Gil juga memberikan sambutannya pada sesi pembukaan. Beliau menyampaikan bahwa berkat kerja keras dan usaha dari seluruh peserta dalam forum ini, proyek KSU 4IRTC berhasil mencapai tujuan utamanya yaitu melatih talenta-talenta terampil masa depan untuk mendukung revolusi teknologi industri.
“Pusat pelatihan teknis ini telah memainkan peran penting dalam membina teknisi dan ahli muda di bidang smart factory dan cloud dengan data di Indonesia,” kata Jeong. Kolaborasi ini telah memberikan kontribusi yang sangat besar bagi perkembangan industri di Indonesia dan meningkatkan kualitas generasi muda Indonesia.
Model kolaborasi antara universitas dan industri ini menunjukkan bagaimana keduanya dapat bekerja sama untuk pengembangan ekonomi dan talenta Indonesia di masa depan. Beliau juga menambahkan bahwa program ini akan berlanjut pada tahun 2024. “Model proyek ini telah diakui oleh Pemerintah Korea, dan di saat yang sama, kami memiliki beban baru untuk menghasilkan hasil yang baik. Saya menyarankan agar semua pemangku kepentingan berdiskusi untuk membuat pusat pelatihan ini dapat berkontribusi lebih banyak kepada masyarakat dan bekerja lebih efisien,” ucap Jeong. Ia menyarankan agar lebih banyak lagi mahasiswa UMN yang dapat memanfaatkan program ini.
Mengawali sesi diskusi, Mareta, sebagai perwakilan dari Kementerian Perindustrian, mempresentasikan peran Kementerian Perindustrian dalam mendorong implementasi Industri 4.0 di Indonesia. Ia juga membahas tantangan dalam mengimplementasikan AI di Indonesia.
Mareta menyampaikan bahwa Industri 4.0 dan artificial intelligence akan membentuk kembali tempat kerja dan pengalaman karyawan. Hal ini dapat membantu meningkatkan lingkungan bisnis dengan membayangkan produk baru, mengejar pasar baru, meningkatkan produk dan layanan, dll. Ia juga menyebutkan tentang smart factory dan bagaimana hal tersebut bukanlah sebuah kemewahan, melainkan sebuah teknologi futuristik yang dapat memberikan manfaat.
Mareta kemudian menyebutkan Indi 4.0. Indi 4.0 adalah alat ukur di Indonesia untuk industri atau indeks kesiapan industri 4.0 untuk melihat seberapa siap industri dalam mengimplementasikan 4.0. Ada indikator khusus di Indonesia yang disebut “culture” (budaya).
“Kami menyebutnya budaya karena di Indonesia sangat sulit untuk meningkatkan kesadaran untuk menerapkan Industri 4.0. Orang-orang akan melakukan demonstrasi (menentang AI dan robotika) karena mereka percaya bahwa hal tersebut dapat ‘membunuh’ semua pekerja dan digantikan oleh robot,” kata Mareta. Meskipun Indonesia telah memiliki teknologi yang dibutuhkan, penerapan AI menjadi tantangan karena kurangnya kesadaran.
Oleh karena itu, ia menjelaskan mengapa UMN mengundang PIDI 4.0 ke dalam forum ini. PIDI 4.0 merupakan inisiatif pemerintah Indonesia untuk mewujudkan Indonesia 4.0 yang dicanangkan oleh Presiden Joko Widodo pada tahun 2018. “Indonesia memiliki potensi untuk menjadi negara dengan ekonomi tertinggi karena adopsi teknologi dapat meningkatkan pendapatan dan mendorong pertumbuhan ekonomi,” kata Mareta. Ia kemudian berbagi tentang pelatihan dan kolaborasi yang dilakukan dalam PIDI 4.0 untuk meningkatkan industri, berinovasi, dan membantu mewujudkan Indonesia 4.0. (rls/dm)
Diskusi tentang ini post