SATELITNEWS.COM, TANGSEL—Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) berencana akan membangun turap dengan metode terasering untuk menangani bencana tanah longsor di wilayahnya. Pembangunan turap dengan cara tersebut dapat dilaksanakan dalam tahapan jangka waktu menengah.
Wali Kota Tangsel, Benyamin Davnie mengatakan, cara tersebut merupakan solusi utama yang dimiliki pihaknya. Menurut dia, turap terasering atau dinding penahan tanah sangat dibutuhkan pada pembangunan di daerah dengan lahan yang miring, tepi sungai, atau lahan di daerah yang berbukit.
“Nah solusinya antara lain turap terasering. Ada lima titik yang rawan longsor. Kebanyakan ada di Kecamatan Setu,” ungkap dia, Selasa (9/1).
Benyamin menyatakan penanganan longsor dilakukan secara bertahap. Untuk tahap awal, Pemkot akan membuat bronjong dengan batu kali untuk menahan tanah. Sedangkan pembangunan turap teraseringnya akan dilakukan dalam kurun secepatnya.
“Nanti di jangka menengahnya di anggaran 2024,” ujarnya.
Benyamin menyebutkan, pihaknya juga akan memberikan pengertian kepada masyarakat. Terlebih, kata dia, jika hanya dibangun tembok biasa tidak menutup kemungkinan tanah longsor akan terulang kembali.
“Ini saya minta dialokasikan anggaran untuk dibuat turap dengan cara terasering. Jadi ini harus ada komunikasi dengan warga, karena kalau tanahnya hanya begini saja itu nanti ditembok gimana juga bakal longsor lagi. Harus terasering kaya tangga gitu,” jelasnya.
“Yang ke-dua ada warga ngga mau dipindahin pos rondanya padahal itu kalau untuk dibuat turap itu pos rondanya harus pindah,” lanjutnya.
Sebagai informasi, berdasarkan data kejadian bencana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tangsel tahun 2023 total terdapat 19 tanah longsor. Musibah itu meliput wilayah Kecamatan Setu, Serpong, dan Pamulang.
Sebelumnya diberitakan, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Tangsel, M Faridzal Gumay mencatat ada dua peristiwa tanah longsor yang terjadi pada Rabu (3/1/2024). Gumay menambahkan, tidak ada korban jiwa dalam musibah tersebut. Ia menambahkan, usai kejadian pihaknya terus melakukan monitoring dan koordinasi dengan perangkat daerah terkait.
“Iya bang ada dua rumah yang terdampak tanah longsor. Curah hujan yang cukup deras. Turap belakang rumah ambles. Beruntung tidak ada korban akibat kejadian tersebut. Kami melakukan monitoring dan koordinasi dengan RW,” ujar dia.
Dia mengatakan, penyebab tanah longsor diakibatkan curah hujan yang tinggi di wilayah tersebut. Selain cuaca, terdapat faktor lain yang menyebabkan tanah longsor kerap terjadi di wilayah Kecamatan Setu. Salah satunya adalah kondisi geografis yang berbukit.
Kondisi tersebut diperburuk dengan tindakan warga mendirikan bangunan rumah di lahan tidak semestinya. Warga mendirikan bangunan di dataran yang berdekatan dengan tebing curam. Kondisi tersebut menyebabkan longsor semakin membahayakan. “Ya yang pertama geografisnya, di sana kan berbukit. Kedua, mereka tidak menaati yang sudah ditetapkan di dekat tebing mereka membangun rumah, itu saja. Karena merasa itu tanah dia, ya dia bangun, mereka tidak memikirkan dampak selanjutnya,” jelasnya. (eko)
Diskusi tentang ini post