AKSI perundungan yang menimpa seorang siswi SMA Negeri 4 Kota Tangerang Selatan menjadi viral di media sosial pekan lalu. Dalam video tersebut, korban yang berinisial A terlihat didorong hingga terjatuh ke dalam tempat sampah. Ternyata, insiden di Lapangan Kuda Laut, RT 03 RW 07 Kelurahan Pondok Ranji, Kecamatan Ciputat Timur pada Rabu, 10 Januari 2024 lalu tersebut bermula dari kesalahpahaman. Bagaimana ceritanya?
EKO SETIAWAN, Ciputat Timur
A masih mengingat persis atas aksi bullying yang dirinya alami pada beberapa hari lalu. Ia menjadi korban perundungan oleh seorang perempuan berinisial P yang merupakan alumni sekolahnya.
Ditemui di sekolahnya, siswa kelas 11 SMAN 4 Kota Tangsel itu menceritakan peristiwa yang ia alami. Kata dia, semuanya berawal dari obrolannya bersama ibu dari P pada Sabtu (6/1/2024). Pada momen itu, orangtua P banyak melontarkan pertanyaan tentang anaknya kepada A sembari menceritakan tentang prilaku anaknya.
Pertemuan itu terjadi di salon kecantikan. Ketika itu A mengantar temannya ke salon tersebut. Di sana, mereka berjumpa. Kemudian ibunda P bertanya-tanya tentang prilaku anaknya selama di sekolah.
Menurut A, ibunda P bertanya sampai ke hal-hal yang tak perlu diceritakan. Namun A lebih banyak menjawab tak tahu karena memang tidak berinteraksi dekat dengan P.
“Nah ibunya juga nanya sampai ke hal-hal yang harusnya ngga diceritain. Tapi saya jawab saya ngga tau, jaraknya juga jauh. Pokoknya ngga ada interaksi sama anaknya waktu sekolah. Ibunya masih nanya terus, ibunya ceritain anaknya, saya nanggapin iya doang dengerin ibunya cerita. Soalnya posisinya cuma kita berdua,” ujar A di sekolahnya, Senin (15/1).
Saat itu, ibunda P meminta A untuk memperlihatkan akun instagram yang sering digunakan anaknya untuk siaran langsung atau live. Dia pun menunjukkannya.
Penjelasan korban terhadap orang tua pelaku itulah yang memicu kesalahpahaman. P yang merasa tak nyaman lantas memanggil A untuk meminta klarifikasi hingga terjadilah bullying.
“Nah dia ngiranya saya mengadu ke orang tuanya tentang kejelekan dia dulu, “ ujar A.
Setelah itu, pelaku meminta temannya yang masih sekolah untuk mencari A. Bahkan, kata dia, kabar tersebut sampai ramai di lingkungan sekolah khususnya anak kelas XII. Singkatnya, P berhasil mendapatkan nomor A dan terus memaksa untuk minta bertemu.
“Terus ada yang ngasih nomor saya. Terus dia telpon-telponin ngajak ketemuan tapi saya ngga berani balas karena takut, “ ujar dia.
Akhirnya, kata A, pada Rabu (10/1/2024) dirinya memutuskan untuk bertemu dengan P seusai pulang sekolah. Namun, kata dia, P meminta agar dirinya tidak mengajak orang lain. Ia pun sempat bertemu di salah satu warkop. Di sana, ada P dan sejumlah temannya yang duduk di bangku kelas 12 SMAN Tangsel.
A mengaku sudah memberikan penjelasan kepada P dalam pertemuan di warkop tersebut. Setelah itu dia meminta izin untuk pulang namun tidak diizinkan.
“Saya minta maaf biar langsung cabut. Tapi tak direspon sama mereka. Nah tiba-tiba satu per satu dari kelas 12 keluar. Mereka ajak ke belakang taman. Pas di belakang saya diseret. Pokoknya dirangkul. Saya mau tidak mau kesana,” ucapnya.
“Pas disitu langsung diawalin sama kelas 12. Jambak saya. Terus dia langsung nonjok saya pas seperti di video. Habis itu dia narik baju saya. Saya didorong. Makanya masuk itu karena didorong. Habis itu saya dan teman saya masih dicegat. Mereka (siswa kelas 12-red) takut dilaporin. Mereka mengancam karena takut namanya dilaporkan ke bidang bimbingan konseling (BK), “ ujar dia.
Aksi perundungan tersebut kini bergulir hingga ke ranah hukum. A melaporkan perbuatan P ke Polsek Ciputat. Kanit Reskrim Polsek Ciputat Iptu Krisna Hasiholan mengatakan kasus tersebut lantaran adanya kesalahpahaman antara keduanya. Namun, kata dia, korban sudah membuat LP ke Polsek Ciputat.
“Berawal salah paham, kemudian cekcok mulut sehingga terjadi peristiwa tersebut. Salah paham karena pelaku menganggap bahwa korban sudah menyebarkan isu yang kurang baik tentang pelaku. Korban masih siswa kelas 11 di SMAN Tangsel, terduga pelaku sudah lulus sekolah. Korban sudah buat LP di Polsek dan akan kita limpah ke Polres,” ungkap Krisna.
Wakil Kepala Sekolah SMAN 4 Tangsel, Ibni Afan menyayangkan adanya perundungan tersebut. Pihaknya pun mengklaim telah melakukan pembinaan secara menyeluruh.
“Kami pihak sekolah jujur menyesal atas kejadian ini terjadi di sekolah kami. Tentunya kita sudah melakukan pembinaan terhadap siswa-siswa kita baik secara personal. Di sini kan ada guru BK, itu juga setiap saat selalu mengingatkan,” jelasnya.
Selain itu, kata Ibni, pihaknya juga telah meminta keterangan dari yang bersangkutan langsung. Bagi para siswi yang terlibat dalam perekaman maupun yang terlibat juga sudah dilakukan pemanggilan. Tidak menutup kemungkinan nantinya mereka akan dikenakan sanksi.
Sedangkan untuk pelaku, kata dia, sudah bukan wewenangnya. Dan menyerahkan sepenuhnya ke pihak kepolisian atas laporan keluarga korban. Lalu, ia menambahkan, untuk kondisi siswinya yang mengalami perundungan terus diberikan pendampingan agar terus merasa nyaman.
“Tentang jumlah belum tahu persis. Yang jelas sudah kita datangkan coba minta keterangan. Hari ini juga kita minta keterangan lebih detail lagi kronologi kejadian. Ada beberapa anak, lebih dari lima orang termasuk yang merekam,” paparnya.
“Kemudian kita berikan terapi semacam healing ya supaya jangan sampai anak-anak merasa trauma. Tapi disampaikan juga kepada korban bahwa dia sudah merasa nyaman dan ngga sampai bolos sekolah setelah peristiwa itu,” imbuhnya. (*)
Diskusi tentang ini post