SATELITNEWS.COM, PANDEGLANG – Lebih dari 260 ribu pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Pandeglang, terlilit hutang. Hal itu terjadi karena, menurunnya daya beli masyarakat sehingga berdampak terhadap pendapatan pelaku usaha kecil tersebut.
Pejabat Fungsional (Jafung) Dinas Koperasi UMKM Perindustrian dan Perdagangan (Diskoperindag) Kabupaten Pandeglang, Doni Romdoni mengaku, banyak pelaku UMKM di Kabupaten Pandeglang terlilit utang dan hampir tidak bisa melunasinya.
Kesulitan melunasi piutang itu, lanjutnya, akibat adanya penurunan daya beli masyarakat sehingga berdampak terhadap pendapatan para pelaku UMKM.
Persoalan itu, menyebabkan para pelaku usaha tidak bisa berbuat banyak, karena terjadi pelemahan ekonomi usaha.
“Indikatornya sederhana, bisa di cek di Perbankan itu sudah bisa Non Performing Loan (NPL) sudah meningkat, itu banyak UMKM yang kreditnya macet. Hal itu karena daya beli menurun, berdampak pada berkurangnya pendapatan,” kata Doni, Minggu (21/1/2024).
Doni mengatakan, banyaknya pelaku UMKM yang tidak bisa melunasi piutang mereka menjadi satu catatan penting, bahwa perekonomian dalam kondisi tidak stabil.
Buktinya, meski para pelaku UMKM sudah menjual dagangan mereka secara langsung atau online, hasilnya tidak jauh berbeda.
“Ada sekitar 260 ribu UMKM dengan beragam kategori, melibatkan sektor agribisnis, kuliner, fashion, otomotif, dan lain sebagainya. Kebanyakan dari mereka terlilit utang, dan kesulitan untuk melakukan pelunasan,” tandasnya.
Doni juga mengatakan, pelemahan perekonomian ini harus segera dicarikan solusinya, agar para pelaku UMKM bisa terus hidup.
Karena sejarah mencatat, selama terjadi pandemi Covid-19, para pelaku UMKM menjadi salah satu sektor terus berputarnya perekonomian masyarakat.
“Banyak dari mereka yang mengalami masalah pembayaran, mulai dari yang baru dua atau tiga bulan, hingga yang sudah macet total dan berbagai situasi lainnya. Semuanya mulai tersendat,” tambahnya.
Joni, seorang pelaku UMKM di Wisata Kuliner Pandeglang mengaku, sudah lebih dari satu tahun merasakan terjadi penurunan daya beli.
Biasanya, dirinya bisa mendapatkan keuntungan dari jualan hingga Rp250 ribu per hari, namun sejak satu tahun terakhir, dirinya hanya bisa mendapatkan keuntungan antara Rp25 sampai Rp75 ribu per hari.
“Iya sudah lama kondisinya kaya begini. Waktu terjadi Corona dulu, kita masih bisa dapat untung rada gedean, tapi sekarang mah kayanya susah banget buat dapat untung besar. Sekarang mah udah bisa beli buat makan aja udah mendingan,” keluhnya. (mg4)
Diskusi tentang ini post