SATELITNEWS.COM, TANGSEL–Dua pemuda berinisial MGCG dan FRP diduga telah menjadi korban tindakan represif oleh aparat keamanan.
Warga Pamulang Kota Tangerang Selatan ini dipukuli dan diinjak-injak bahkan ditodong pistol oleh oknum yang diduga anggota Polda Metro Jaya tersebut.
Mukti Gozali, orang tua MGCG menceritakan bagaimana anaknya dianiaya oleh Polisi tersebut. Kata dia, peristiwa yang terjadi pada Rabu (24/1/204) itu diawali saat sang anak dan satu temannya berkendara di wilayah Gaplek, Kecamatan Pamulang.
“Pertama, pagi itu anak saya sedang berkendara motor sama temannya di Muara Gaplek. Tiba-tiba dari belakang dipepet dari kiri dan depan terus diberhentikan dijambak dipukulin ditendang, ditodong pistol di kepala, dan disuruh ngaku anggota geng. Diperiksa HP, clear ngga ada masalah,” ujarnya, Jumat (26/1/2024).
Mukti mengatakan, tindakan itu terus berlangsung cukup lama. Terlebih, saat kedua korban tidak mengakui tuduhan yang dilayangkan.
“Makin ngga ngaku makin digebukin, dan tendangan mengarah ke kepala beberapa kali,” ungkap dia.
Mukti mengatakan ia pun telah mendatangi Propam Polda Metro Jaya untuk melaporkan peristiwa yang dialami anaknya.
“Tadi pagi menghadap pelayanan pengaduan di Propam Polda Metro Jaya dan ketemu petugas disana. Kemudian saya diajak bersama subdit disiplin ke bidang yang berkaitan dengan organik kepolisian yang memang pada hari itu emang ada kegiatan ke arah Pamulang. Artinya, ya selama ini pelaku diduga polisi, ini sudah mengerucut pelakunya,” bebernya.
Ia juga menjelaskan, anaknya belum melakukan pemeriksaan visum. Hal tersebut lantaran masih terkendala proses administrasi. Namun, dalam waktu dekat ia akan melaporkan kasus tersebut ke kepolisian.
“Belum (visum), jadi kalau visum itu kan ada proses. SOP-nya adalah laporan dulu ke ke polisi, baru polisi memberikan rekomendasi untuk visum. Jadi kalau misal tidak itu, maka sebutannya bukan visum, tapi hanya berobat kesehatan aja. Yang saya lihat kalau benturan di kepala, jadi efeknya itu bukan sakitnya saat ini aja, bisa menjadi efek panjang dan itu bisa muncul akumulasi,” ungkapnya.
Atas peristiwa tersebut, ia pun berharap para pelaku diberhentikan secara tidak hormat lantaran telah mencederai dan berlawanan dengan aparat penegak hukum yang disebut presisi.
“Ini prilaku jauh dari presisi. Jadi sejatinya ini sampah-sampah yang harus dibuang. Jadi diberhentikan dengan tidak hormat karena sudah tidak layak,” pungkasnya. (eko)
Diskusi tentang ini post