SATELITNEWS.ID, SERPONG—Novi Rahmadani (16), gadis belia warga Rawa Buntu, Kecamatan Serpong, yang menjual bantuan sosial (bansos) demi pengobatan orang tuanya, mendapat perhatian khusus dari pemerhati anak, Seto Mulyadi. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) yang akrab disapa Ka Seto ini akan memberikan fasilitas pendidikan di sekolah yang dibangunnya di kawasan Pondok Aren.
Novi yang seharusnya mengenyam pendidikan SMA namun tidak meneruskan sekolah dia bekerja sebagai asisten rumah tangga karena harus membiayai ibunya yang menderita sakit stroke.
“Kami memang ada home schooling untuk menengah ke atas, tapi ada juga untuk menengah ke bawah. Bahkan dia (Novi) bisa merasakan belajar di sekolah kami,” kata pria yang akrab disapa Kak Seto saat dihubungi, Rabu (17/6).
Nanti Novi dapat bersekolah dengan jadwal yang disesuaikan bagi kalangan menengah ke bawah pada Sabtu dan Minggu. Program home schooling ini sebenarnya dikemas dalam bentuk MKB (Mobil Kelas Berjalan). Tapi karena pandemi Covid-19 ini sementara kegiatan dipusatkan di sekolah.
Sebelumnya, unggahan penjualan paket bantuan sembako di tengah pandemi Covid-19 yang dilakukan oleh seorang perempuan viral di media sosial. Seorang perempuan bernama Novi Rahmadani menjual paket bantuan sembako di salah satu grup Facebook.
Dalam gambar tersebut, terdapat tiga paket sembako dengan isi yang berbeda. Paket A dengan isi gula, minyak, dan beras dijual seharga Rp40 ribu. Sedangkan paket B berisi beras dan tiga mi instan dijual seharga Rp 45 ribu. Sementara paket C berisi beras, telur, dan dua mi instan dijual seharga Rp 50 ribu.
Dalam unggahan itu Novi mengaku bahwa semua sembako tersebut sengaja dijual untuk memenuhi kebutuhan ibunya yang tinggal di Semarang, Jawa Tengah. “Saya butuh uang buat transfer ibu saya sedang sakit, ya sudah saya jual. Sembako sudah terjual Rp 130.000 semuanya, sama orang tadi secara online,” kata Novi saat dikonfirmasi, Jumat (29/5) lalu.
Namun Novi membantah jika Bansos itu bantuan dari pemerintah. Dia mengaku sembako itu didapat dari majikan dan warga kompleks perumahan tempatnya bekerja. Sementara dari pemerintah sendiri dia mengaku tidak mendapatkannya lantaran terkendala data yang tidak lengkap. Novi harus membiayai hidup ibunya, termasuk dari hasil menjadi asisten rumah tangga dengan penghasilan Rp 1.4 juta per bulan.
“Setelah saya bayar kontrakan Rp600 ribu, sisanya sedikit buat hidup dan saya transfer ke ibu. Untuk makan, kadang saya dikasih majikan, kadang beli dan masak. Termasuk jual sembako itu buat tambahan transfer ibu,” katanya.
Sebelumnya, warganet dihebohkan dengan unggahan salah satu netizen di akun facebook bernama Novi Rahmadani yang menjual sembako dengan harga murah. Kegegeran karena yang bersangkutan menjual sembako bantuan Covid-19.
Novi membagikan unggahan menjual sembako ke grup Jual beli HP BSD Serpong Muncul beserta dengan foto dan harga paket yang berbeda. Dan, diposting melalui akun instagram @lambe_turah
“Dijual karna dapat banyak sembako… Murah meriah… Paket A: 40 ribu, Paket B: 45 ribu, Paket C: 50 ribu… Alamat Serpong-St Rawabuntu,” tulis Novi di grup facebook tersebut.
Tentu hal itu mendapat cemooh dari para netizen yang membandingkan dengan masyarakat lain. “Makanya orang2 mental kaya gini ga pantes dapet bantuan dari pemerintah,” tulis akun @nicho.andre1 dikolom komentar.
Namun, dibalik unggahan Novi dan cemoohan netizen, ternyata gadis rantau asal Semarang ini hanya hidup sendiri dan terpaksa putus sekolah saat kelas 2 SMP. Saat di usia 13 tahun, Novi rela bekerja demi menafkahi ibunya. Karena, ayahnya sudah pergi tanpa tanggung jawab dan sudah tidak menafkahi sejak Novi usia 4 tahun. (jarkasih)
Diskusi tentang ini post