SATELITNEWS.ID, SERANG–Ribuan masyarakat di wilayah pesisir Kabupaten Serang, yang terdampak tumpahan minyak Pertamina dari perairan Karawang – Jawa Barat beberapa waktu lalu, hingga kini belum mendapat kompensasi yang seharusnya diberikan. Pemberian kompensasi yang rencananya akan diberikan senilai Rp900 ribu tersebut, tertunda akibat pandemi Covid-19.
Kepala DKPP Kabupaten Serang, Suhardjo mengatakan, seharusnya pemberian kompensasi itu dilakukan sebelum tahun 2020, atau paling lambat sebelum bulan Februari 2020 lalu. Semua data masyarakat sudah masuk ke Pertamina.
“Tapi karena ada pandemi Covid-19, ketakutan ada perkumpulan masa. Kita kan ada 2 ribu orang yang terdampak, jadi rawan,” kata Suhardjo, Rabu (17/6).
Katanya, saat ini prosesnya tinggal pembuatan rekening dari Himbara (Himpunan Bank Negara), dan belum dapat dilakukan. “Kita enggak tahu bank mananya, apakah BNI atau BRI atau Bank Mandiri. Himbara itu buka rekening dan cetak buat ATM, langsung masuk,” ujarnya.
Menurutnya, masyarakat terdampak tumpahan minyak kini banyak yang terus bertanya, kapan pencairan dilakukan. Karena sebelumnya, DKPP sudah mensosialisasikan dan menjanjikan waktu pencairan kompensasi pada masyarakat.
“Masyarakat nanyain terus, kami sudah berusaha,” tandasnya.
Rencananya kata Suhardjo, masyarakat terdampak tersebut akan mendapat bantuan senilai Rp 900 ribu selama satu bulan. Kemungkinan besaran tersebut tidak akan berubah. Kemudian, setelah kompensasi diturunkan akan ada bantuan lainnya yang didasarkan hitungan kerugian akibat mereka tidak dapat budidaya.
“Misal benih dan pakan, berapa diganti dengan barang, itu di luar uang kompensasi tadi. Kalau uang sudah didistribusikan baru diganti, karena selama sebulan tidak usaha,” tuturnya.
Diakuinya, akibat tumpahan minyak itu dampaknya sangat dirasakan oleh masyarakat pembudidaya dan nelayan. Bahkan hingga wisata mangrove. Mereka tersebar di wilayah Pantura, mulai dari Bojonegoro, Puloampel, Tirtayasa, Tanara hingga Pontang.
“Budidaya ada di Pontang. Di kita ada nelayan, pembudidaya sama wisata mangrove. Ada dua di Lontar dan Tenjo Ayu. Ikan tambak, rumput laut juga, pokoknya sekitar 2 ribu sekian (yang terdampak,red),” imbuhnya. (sidik/mardiana)
Diskusi tentang ini post