SATELITNEWS.COM, LEBAK—Semangat warga yang tinggal di hunian sementara (huntara) di Kampung Cigobang, Desa Banjarsari, Kecamatan Lebakgedong, Kabupaten Lebak untuk memberikan suara dalam pemilu 2024. Betapa tidak, korban banjir bandang empat tahun lalu itu harus menempuh sekitar 1,5 Kilometer untuk sampai ke tempat pemungutan suara.
Anisah salah satunya. Ia dan para pemilih lainnya rela menempuh 1,5 Kilometer menuju TPS untuk memberikan hak suaranya pada pemilu 2024 ini. Kata mereka sekitar 30 sampai 40 menit bisa sampai ke lokasi karena ditempuh dengan berjalan kaki. “Mau nyoblos, (ke TPS) jalan kaki kurang lebih sekitar 1,5 Kilometer. Ya sekitar 30 sampai 40 menitan, sampai ke lokasi,” kata Anisah kepada wartawan ditemui di lokasi, Rabu (14/2/2024).
Warga korban banjir bandang tahun 2020 yang tinggal di hunian sementara (huntara), Kecamatan Lebak Gedong, untuk memberikan hak suaranya harus menempuh 1,5 Kilometer untuk tiba di TPS 005, dengan melewati hutan dan medan naik turun perbukitan. Walaupun jalannya kata mereka sebagian ada yang sudah dicor menggunakan semen dan sebagian masih beralaskan tanah merah, namun rasa lelah tetap menghantui mereka karena ketika hujan tiba jalan tersebut licin dan sangat membahayakan keselamatan jiwa.
Sejumlah harapan disematkan oleh karena, pasca pemilu ini mereka bisa menempati rumah layak seperti warga lainnya. “Ya cukup jauh, tapi mau gimana lagi. Kami harus rela jalan kaki agar hak suara kami ini bisa tersalurkan,” ujarnya. “Harapan besar kami, pasca pemilu ini kami bisa hidup layak seperti warga lainnya. Tidak tinggal di gubuk reyot yang beralaskan anyaman bambu, dengan dinding dan atap terpal,” imbuhnya.
Warga huntara lain bernama Anah datang ke TPS mengaku ingin ikut berpartisipasi dengan memberikan hak suara di pemilu 2024. Ia pun mengaku jarak menempuh lokasi TPS cukup jauh sehingga dirinya mengaku kewalahan. “Mau ke TPS, jaraknya sekitar 1,5 Km. Lumayan (jauh), mana bawa anak,” ujar Anah.
Anah berharap, dirinya dan warga lainnya berharap bisa segera direlokasi. Ia mengaku sudah tidak betah tinggal di Huntara. Sebab, kondisi jalan serta bangunan yang tidak layak membuat dirinya berkeinginan untuk segera memiliki hunian tatap seperti warga lainnya. “Sudah nggak betah. Hujan kehujanan, kalau panas kepanasan. Intinya biar bisa punya rumah sendiri tidak seperti ini. Nasib kami tidak jelas,” katanya.(mulyana)
Diskusi tentang ini post