SATELITNEWS.COM, PANDEGLANG – Memasuki musim penghujan, sejumlah petani di Kabupaten Pandeglang cemas tanaman mereka mengalami puso atau gagal panen, akibat diterjang banjir. Hal itu karena, setiap musim penghujan banyak areal pertanian terkena dampak banjir akibat luapan sungai.
Hendra, seorang petani asal Cikujang, Kecamatan Cikeusik, Kabupaten Pandeglang mengatakan, memasuki masa tanam pertama di tahun 2024 ini, dirinya merasa khawatir tanaman padi yang ditanam bisa terkena banjir. Hal itu karena, setiap musim penghujan, sawah miliknya selalu digenangi air.
“Khawatir sudah pasti, apalagi musim hujan ini. Soalnya, setiap tahun kalau musim hujan, sawah saya pasti kebanjiran. Kalau terendam airnya lama, sampai seminggu, tanaman padi bisa mati,” kata Hwndra, Minggu (18/2/2024).
Hendra mengaku, dirinya dan petani lain di Cikeusik sudah sering menyampaikan keluhan tersebut, karena selalu mengalami kerugian hingga jutaan rupiah apabila tanaman padi yang tanam gagal panen.
“Sudah sering disampaikan, kita disarankan mengikuti asuransi usaha tani padi. Saya sudah ikuti itu, cuma memang belum semua petani mengikuti program itu,” ujarnya.
Fahruroji, petani lainnya asal Kecamatan Pagelaran mengatakan, beberapa waktu lalu sawah miliknya terendam air. Beruntung, tanaman padi yang ditanam tidak mati, karena air yang menggenangi segera surut.
“Sering kerendem kalau hujan terus, makanya kita juga bingung mau ngapain. Kalau enggak ditanam, kita dapat uang darimana, kalau ditanam di musim hujan, risikonya ya tanaman padi mati karena terendam air,” ujar Fahruroji.
Kepala Bidang (Kabid) Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Kabupaten Pandeglang, Nuridawati mengatakan, beberapa waktu lalu ratusan hektare sawah di Pandeglang terendam banjir.
Seperti di Kecamatan Panimbang seluas 129 hektare, Kecamatan Patia sekira100 hektare, Kecamatan Sukaresmi seluas 15 hektare, Kecamatan Sobang ada 80 hektare, Kecamatan Sindangresmi ada 240 hektare, Kecamatan Pagelaran sekira 350 hektare, dan Kecamatan Labuan satu hektare.
“Waktu terjadi banjir kemarin, ada tujuh kecamatan yang area persawahannya terendam air, dengan luasan sekitar 915 hektare. Rata-rata usia padi sudah diatas satu bulan atau 45 hari lebih,” ungkap Nuridawati.
Sekretaris DPKP Kabupaten Pandeglang Uun Junanda mengatakan, ada beberapa alternatif untuk menekan kerugian petani akibat puso atau gagal panen. Seperti program Asuransi Usaha Tani Padi (AUTP), atau mengajukan bantuan kepada Pemprov Banten dan Pemerintah Pusat.
“Kalau untuk asuransi AUTP, petani yang mengalami puso bisa mendapatkan ganti rugi Rp6 juta per hektare, atau besaran asuransi disesuaikan dengan luasan lahan. Kalau pengajuan bantuan, hanya penggantian benih saja,” imbuhnya. (adib)
Diskusi tentang ini post