SATELITNEWS.COM, SERANG – Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), diprediksi menjadi juara baru di Daerah Pemilihan (Dapil) Banten I yang meliputi Kabupaten Lebak dan Pandeglang, untuk kursi DPR RI pada Pemilihan Legislatif (Pileg) 2024 ini.
Perolehan suaranya melejit jauh, meninggalkan partai lain, termasuk petahana dan trah dinasti penguasa Kabupaten Lebak dan Pandeglang.
Bahkan, jika suaranya bisa melebar lebih jauh, PKB berpotensi mendapatkan dua kursi dari enam kursi yang tersedia.
Lebak dan Pandeglang, memang dikenal sebagai basis dari Organisasi Keagamaan Nahdatul Ulama (NU) yang sedikit banyak mendominasi ideologi PKB.
Pada Pileg 2019, suara partai ini harus rela tersingkir dari enam partai lainnya yang suaranya lebih mendominasi. Namun di Pileg 2024 ini, PKB menunjukkan kekuatan idiologi itu mampu mendongkrak perolehan suara di wilayah basis.
Atas raihan itu, trah suara Dinasti yang selama ini berkuasa di dua daerah itu, yakni dinasti Natakusuma dan Jayabaya yang terancam tergerus.
Meskipun ada beberapa yang berpotensi masih tegak berkuasa. Ada pula wajah baru yang berpotensi lolos ke Senayan, namun masih dari trah dinasti.
Ada enam kursi DPR RI di Dapil banten I itu, pertama Ali Zamroni dari partai Geridra. Lalu kursi kedua M Hasbi Asyidiki Jayabaya dari PDIP, Iip Miftahul Choiry dari PPP, Rizki Aulia Rahman Natakusuma dari partai Demokrat, Adde Rosi Khoerunnisa dari partai Golkar dan A Dimyati Natakusuma dari PKS.
Berdasarkan pemilu2024.kpu.go.id yang diupdate pada 19 Februari 2024 pukul 13:00,yang diambil dari 4.667 dari jumlah total 7.754 TPS atau 60.19 persen, suara PKB masih menduduki posisi juara pertama dengan total suara mencapai 115.313 suara atau 20,81 persen. Disusul kemudian oleh partai Demokrat 88.379 suara atau 15,95 persen, partai Gerindra 56.538 suara atau 10,21 persen.
Lalu posisi keempat ada partai PDIP dengan 56.262 suara atau 10,61 persen. Kelima ada PPP dengan 50.611 suara atau 9,14 persen dan terakhir partai Nasdem 49.506 suara atau 8,94 persen. Namun jika PPP tidak lolos ambang batas 4 persen, maka partai Golkar masuk enam besar.
Di PKB, Caleg yang dipastikan sudah mempunyai satu tiket kursi di Senayan adalah, Ketua Dewan Pengurus Wilayah (DPW) PKB Provinsi Banten Ahmad Fauzi. Pria yang saat ini menjadi anggota DPRD Banten itu memperoleh 38.586 suara. Sedangkan yang berada pada urutan keduanya ada Risya Azzahra Rahimah Natakusuma dengan perolehan 25.808 suara.
Risya berpotensi mendapatkan kursi kedua dari PKB, jika perhitungan suara yang masuk di partainya di 3.087 TPS tersisa berhasil memperlebar jarak lebih tinggi dari lima partai terbesar lainnya. Risya sendiri merupakan anak kandung dari A Dimyati Natakusuma, Caleg DPR RI dari PKS yang suara partainya saat ini berada di urutan delapan besar atau 39.565 suara atau setara 7,14 persen. Dimyati sendiri saat ini memperoleh 21.686 suara.
Di posisi kedua ada Partai Demokrat, dengan jumlah suara mencapai 88.379 atau 15,95 persen. Partai besutan SBY ini sudah mengantongi satu tiket kursi yang diraih oleh anaknya Bupati Pandeglang Irna Narulita yakni atas nama Rizki Aulia Rahman Natakusuma dengan total suara masuk 44.179.
Sebagai petahana, Rizki berhasil mempertahankan kursinya dari pesaing di partainya yakni mantan bupati Lebak Iti Oktavia Jayabaya yang memperoleh 29.664 suara.
Kemudian di urutan ketiga, ada petahana Ali Zamroni dari partai Gerindra yang berhasil mempertahankan kursinya. Ali memperoleh suara 23.443 dengan raihan suara partainya mencapai 56.538 suara atau 10,21 persen.
Lalu partai kempat, yang berpotensi mengantarkan Caleg-nya ke Senayan adalah PDIP. Namun tiket kursi yang diberikan bukan kepada petahana yang merupakan anak dari Mulyadi Jayabaya atau adiknya Iti Octavia Jayabaya, yakni M Hasbi Asyidiki Jayabaya.
Hasbi memperoleh suara 10.546, peringkat ketiga setelah sejarawan Bonnie Triyana dengan jumlah suara 14.769 yang berada pada peringkat kedua.
Sedangkan yang perada pada peringkat pertama, yang berpotensi kuat merebut tiket kursinya dari Trah Jayabaya adalah Tia Rahmania.
Pendatang baru yang juga Ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Banteng Muda Indonesia (BMI) Provinsi Banten ini, berhasil memperoleh 15.684 suara. Kemudian peringkat kelima ada PPP dengan perolehan suara 50.611 suara atau 9,14 persen.
Kendatipun jika partai ini berhasil melewati ambang batas parlemen, suara Caleg petahana Iip Miftahul Choiry yang sebesar 14.830 suara kalah dengan pendatang baru yakni Neng Siti Julaeha yang memperoleh suara sebanyak 21.366 dan berpotensi lolos ke Senayan.
Sedangkan untuk tiket kursi keenam, berpotensi diraih oleh pendatang baru yakni Arif Rahman dari partai Nasdem yang memperoleh suara partai sebanyak 44.394.
Sedangkan suara Arif sendiri, mencapai 18.000. dan yang berada pada suara posisi ketujuh adalah partai Golkar dengan jumlah suara mencapai 44.394 suara atau 8,01 persen disusul oleh PKS sebanyak PKS 39.565 suara atau 7,14 persen.
Di Partai Golkar ada Adde Rosi Khoerunnisa dengan jumlah suara 23.941. Sedangkan di PKS ada A Dimyati Natakusuma dengan jumlah perolehan suara 21.686.
Keduanya merupakan petahana, yang terancam tidak mendapatkan kursi di Senayan jika tidak bisa menyalip suara partai Nasdem dan PPP.
Pengamat Politik yang juga dosen politik Universitas Serang Raya (Unsera) Ahmad Sururi saat dihubungi mengatakan, tumbangnya sejumlah Caleg petahana itu banyak variabel dan faktornya juga beragam.
Meskipun secara logika, petahana seharusnya mempunyai peluang besar untuk memenangkan kompetisi Pileg dibandingkan pendatang baru.
“Secara sederhana, saya mencatat ada beberapa faktor yang menyebabkan mengapa Caleg petahana mengalami kekalahan,” katanya.
Salah satunya, lanjut Sururi, suara yang bersangkutan kalah dengan Caleg sesama partainya. Itu bisa terjadi lantaran ketidakmampuan Caleg petahana dalam menghadapi Caleg sesama partai. Kemudian ada pragmatisme pemilih serta dukungan terbuka dari elit internal partai terhadap semua Caleg baik petahana maupun non petahana.
“Itu cukup besar mempengaruhi suara petahana itu tidak bisa dipertahankan,” pungkasnya.
Kemudian, variabel penting lainnya yaitu strategi kampanye petahana yang dianggap Sururi kurang tepat. Menurut Sururi, beberapa petahana dalam berkampanye hanya fokus pada satu atau beberapa wilayah tertentu saja yang menjadi basis masa pada periode sebelumnya, tidak merata ke seluruh titik yang menjadi Dapilnya.
“Karena tidak merata itulah yang kemudian dimanfaatkan oleh pendatang baru sesama partainya,” ucapnya.
Dikatakan Sururi, fenomena kekalahan Caleg petahana ini membuktikan bahwa nama besar dan dukungan logistik saja tidak cukup untuk memenangkan kompetisi Pileg 2024. Caleg harus mampu menerapkan strategi dan pendekatan kampanye yang tepat.
“Serta kemampuan dalam melihat peta pragmatis pemilih di semua wilayah,” imbuhnya. (luthfi)
Diskusi tentang ini post