SATELITNEWS.COM, TANGSEL—Dinas Kesehatan Kota Tangerang Selatan mencatat ada 103 kasus demam berdarah dengue (DBD) pada kurun waktu Januari sampai Februari tahun 2024. Jumlah tersebut juga mengalami kenaikan sejak satu tahun terakhir.
Rinciannya yakni Kecamatan Serpong 40 kasus, Kecamatan Pamulang 36 kasus, Kecamatan Serpong Utara 29 kasus, Kecamatan Pondok Aren 27 kasus, Kecamatan Ciputat Timur 24 kasus, Kecamatan Setu 23 kasus, dan Kecamatan Ciputat 22 kasus.
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Tangsel, Allin Hendalin Mahdaniar menuturkan, Kota Tangsel sendiri merupakan daerah endemis. Sehingga, tidak bisa terlepas dari penyakit-penyakit diakibatkan oleh lingkungan seperti DBD ataupun chikungunya.
“Endemis itu dia akan ada terus di satu daerah. Di kita ini yang masih endemis adalah DBD. Jadi DBD itu tidak akan hilang dari Tangsel. Tahun ini kita sudah ada 103 penderita DBD. Dari Januari sampai Februari,” ujarnya, Kamis (29/2).
Allin menyebutkan, meskipun kasus DBD pada tahun 2024 mengalami kenaikan, tetapi tidak ditemukan kasus kematian akibat gigitan nyamuk aedes aegypti dan aedes albopictus atau infeksi virus akut yang disebabkan virus dengue.
“Tahun lalu 2023 di bulan yang sama Januari-Februari saat ini kita cenderung meningkat. Meningkatnya itu pas Februari. Penderitanya berusia 15 sampai 49 tahun. Tidak ada kematian dan memang yang kita kejar ini jangan sampai ada kematian dari DBD ini. Karena kita di daerah endemis, kita tidak bisa menghilangkan itu, paling tidak kita bisa menekan,” jelasnya.
Menurut Allin, salah satu indikatornya adalah cuaca. Dimana, saat ini hujan kerap turun sehingga menimbulkan genangan air yang menjadi tempat bertelurnya nyamuk. Menurut dia, kondisi musim sangat berpengaruh dalam perkembang biakan nyamuk.
“Karena memang ini curah hujan lagi tinggi, jadi telur nyamuk mulai menetas. Kalau musim berpengaruh, artinya tadinya saya sampaikan situasinya telur nyamuk ini menempel di dinding penampungan air kemudian ke isi air hujan misalnya. Ini akhirnya jadi menetas itu kan jadi banyak nyamuk dewasanya,” ucapnya.
Allin menegaskan, dalam memerangi DBD ini perlu adanya kesadaran bersama. Untuk itu, pihaknya menghimbau kepada masyarakat agar dapat melakukan pencegahan dimulai dari rumah masing-masing.
“Masyarakat harus punya kesadaran sendiri bagaimana bisa melakukan 3 M plus. Minimal satu minggu sekali, menutup, menguras, mendaur ulang dan menghindari gigitan nyamuk,” katanya.
Terakhir, Allin mengklaim bahwa gerakan satu rumah satu juru pemantau jentik atau jumantik terus dilakukan pihaknya.
“Aktivitas dari kader kader jumantik ini memang terus digalakan. Yang terpenting disetiap rumah itu bisa melakukan 3 M plus secara rutin. Tapi kalau kita melakukan pembersihan 3M plus itu, ya pastinya telur nyamuk itu ke buang, jadi ga bakal menetas,” pungkasnya. (eko)
Diskusi tentang ini post