SATELITNEWS.COM, SERANG – Masa uji coba padi varietas biosalin, yang digencarkan oleh Dinas Pertanian dan Peternakan (Distan) Provinsi Banten, memasuki masa panen, terutama di lokasi persawahan Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang.
Dari luas lahan 20 hektar yang diujicoba, 5 hektar diantaranya sudah memasuki masa panen. Masa panen varietas ini, terhitung lebih cepat dari varietas padi jenis lainnya, sehingga dengan pengembangan ini produksi padi di Provinsi Banten akan kembali meningkat.
Hal itu, diungkapkan Kepala Distan Provinsi Banten Agus M Tauchid, seusai melakukan panen perdana pembenihan varietas biosalin dalam mendukung peningkatan produksi pangan di Kecamatan Tanara, Kabupaten Serang, Rabu (3/4/2024).
Agus mengungkapkan, varietas biosalin ini akan menjawab persoalan yang selama ini dialami oleh para petani, yakni persoalan kekurangan air. Dari hambatan itu, banyak sawah petani kita hanya mampu panen satu kali dalam setahun, itu pun hanya mengandalkan air hujan.
“Varietas padi biosalin ini merupakan angin segar bagi mereka, terutama para petani yang berada dekat pesisi pantai yang mayoritas airnya payau. Dengan biosalin ini kita membantu para petani di Banten utara dan selatan agar bisa panen 2-3 kali dalam setahun, sehingga kesejahteraan mereka juga terbantu,” ujarnya.
Dikatakan Agus, dari wilayah Teluk Naga, Tangerang sampai Kota Cilegon juga Pandeglang saja ada sekitar 20.000 hektar sawah yang hanya melakukan satu kali panen dalam setahun. Jumlah itu merupakan angka yang cukup pantastis dan sangat potensial jika bisa kita produktifkan.
“Dengan varietas biosalin ini, satu hektar lahan diproyeksikan dapat menghasilkan Gabah Kering Giling (GKG) minimal 6 sampai 7,16 ton. Jika dikalikan 20.000 hektar, ada sekitar 120.000 ton atau setara 70.000 ton beras. Kalau dalam setahun kita bisa panen 3 kali, berarti produksi padi tambahan kita bisa mencapai 360.000 ton. Jika dikonversike rupiah, tentu ini sangat besar dan bisa meningkatkankesejahteraanmasyarakat,” jelasnya.
Akan tetapi, lanjut Agus, di masa panen perdana ini, pihaknya akan menyerap seluruh produksi padi dari petani dengan harga beli yang bersaing. Nantinya padi biosalin itu akan dijadikan benih sehingga menjadi lebih banyak dan ditanamkan melalui uji multi lokasi.
“Kita akan uji di titik-titik persawahan di tepi pantai, atau yang masuk lokasi ektrim dengan perawatan pemupukan yang akan kita pantau terus. Kalau di lokasi ekstrem saja bisa hidup, berarti di lokasi lainnya bisa aman,” ucapnya.
Agus memperkirakan, varietas biosalin ini baru akan disebar massal setelah masa panen kedua tahun depan. Secara teknisnya akan disampaikan ke pimpinan terlebih dahulu, setelah itu baru akan ada keputusan bagaimana nanti kedepannya.
“Kita harapkan ini bisa disebar dan didapat dengan mudah oleh masyarakat,” imbuhnya.
Sementara, Kepala Balai Penerapan Standar Instrumen Pertanian Banten Ismatul Hidayah menyampaikan, hingga saat ini terdapat 118 hektar sawah di Provinsi Banten yang melakukan penanaman varietas biosalin.
“Di Banten tolak 118 hektar baik itu lebel ungu maupun biru, untuk lebel ungu itu bisa jadi benih lagi atau menjadi benih pokok untuk ditanam kembali sehingga menjadi lebel biru. Sedangkan untuk lebel biru itu sudah harus di konsumsi,” ujarnya.
Selanjutnya, Ismatul menuturkan dari 118 hektar sawah yang ditanami padi varietas biosalin, setidaknya hampir 50 hektar yang nantinya akan dijadikan sebagai benih kembali.
“Paling banyak banyak itu di Kecamatan Tanara yang mencapai 50 hektar, untuk yang di Tanara itu lebelnya masih ungu,” imbuhnya.
Ia juga mengatakan, panen padi varietas biosalin di Provinsi Bante telah dimulai pada Maret hingga bulan Juni 2024 yang akan datang.
“Maret sudah ada yang mulai panen di Ciruas 1 hektar dan disejumlah daerah lainnya, panen ini nanti hingga Juni masih ada beberapa yang panen varitas biosalin,” pungkasnya. (luthfi)
Diskusi tentang ini post