SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Sudah satu bulan berlalu sejak peristiwa jebolnya sheet pile tempat pembuangan akhir (TPA) Cipeucang, Serpong, Tangerang Selatan terjadi, Jumat (22/5) lalu. Sejak saat itu, puluhan ton sampah mencemari Sungai Cisadane. Beruntung, masih ada Bank Sampah Sungai Cisadane (Banksa Suci), komunitas yang peduli sumber kehidupan masyarakat Tangerang. Setiap hari, mereka menjaring satu ton sampah yang diduga kuat berasal dari longsornya TPA Cipeucang.
Pagi yang cerah, angin berhembus sejuk di bantaran sungai Cisadane tepatnya di kelurahan Panunggangan Barat, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang, markas Banksa Suci. Saat itu, sejumlah relawan Banksa Suci bersiap-siap mengangkut rombongan sampah yang akan melintasi sungai Cisadane.
Mereka berkumpul di saung sembari menyuruput kopi hangat dan gorengan. Setelah itu, para relawan yang sebagian besar merupakan pecinta alam itu mulai membentangkan jaring sampah sepanjang 25 meter. Dengan menggunakan perahu motor, mereka membentangkan Wastrap itu ke sisi sungai hingga memanjang.
“Terus. Iket disini,” ujar salah satu relawan Banksa Suci saat membentangkan Wastrap, Minggu, (21/6).
Wastrap digunakan sebagai penahan sampah yang akan melintasi Sungai Cisadane. Setelah terbentang, Wastrap itu didiamkan beberapa saat sembari menunggu sampah menumpuk. Saat dirasa cukup, sedikit demi sedikit sampah tersebut kemudian diangkut dan dipilah. Sampah yang sekiranya dapat didaur ulang akan dikumpulkan dan dijual bila sudah banyak.
“Kalau yang limbah B3 (Barang Beracun dan Berbahaya) langsung kita musnahkan pakai insenerator,” ujar salah satu relawan, Ali kepada Satelit News.
Dulu, sebelum adanya Wastrap, Banksa Suci sempat merakit tali sling yang diikat menggunakan beton dan ditanam di masing-masing bantaran sungai. Namum metode tersebut tidak efektif. Beton yang ditanam roboh karena tak kuat menahan laju sampah yang terbendung. Metode itu dipakai sekira 2 tahun lalu. Kemudian, baru 1 tahunan Banksa Suci menggunakan Wastrap yang didapat dari Dinas PUPR Kota Tangerang.
Sebenarnya, tugas mengambil sampah di Sungai Cisadane telah menjadi kebiasaan Banksa Suci. Kendati demikian, semenjak TPA Cipeucang longsor, mereka semakin berat. Direktur Banksa Suci, Ade Yunus menjelaskan para relawan dalam sehari dapat mengangkut sampah dari permukaan SuCgai cisadane hingga 1 ton.
“Kalau angkut sampah memang sudah sering dan rutin itu. Bukan cuma karena Cipeucang jebol saja. Tapi memang volume sampah yang kita angkut bisa sampai 1 ton tiap hari,” ujarnya.
Semua relawan kata lulusan Universitas Muhammadiyah Jakarta ini bekerja tanpa dibayar. Akomodasi diperoleh dari hasil penjualan sampah yang dipilah Banksa Suci.
“Kita jual dan uangnya ya untuk makan mereka dan untuk kebutuhan lainnya. Memang ada hikmahnya juga, banyak sampah yang bisa didaur ulang kemudian kita jual. Tapi kan tetap saja ini (sampah Cipeucang) sudah mengotori Sungai Cisadane,” ujar Ade.
Ade menjelaskan Banksa Suci sudah meramalkan akan ada longsor sampah di TPA Cipeucang. Sejak awal TPA Cipeucang dibangun pada 2015, Banksa Suci telah mengeluarkan sikapnya lantaran lokasi TPA Cipeucang sangat tidak strategis untuk penampungan sampah kota. Secara lokasi pembangunannya sudah menyalahi aturan lantaran berada di garis sepmadan sungai. Kemudian, sangat berdekatan dengan pemukiman.
“Setiap tahun selalu kita sikapi. Karena pembangunannya tidak sesuai, dekat dengan pemukiman dan sungai Cisadane. Secara konservasi harusnya itu 100 meter dari garis badan sungai. Secara PP (peraturan perundang-undangan) tidak boleh,” ujar Ade.
Lantaran melihat kejanggalan pada realisasi TPA Cipeucang, Banksa Suci setiap tahun terus menyikapinya. Hal ini merupakan upaya dalam menanggulangi sampah yang menggunung kemudian longsor. Menurut pengakuan Ade, setidaknya TPA Cipeucang telah mengalami longsor sebanyak 6 kali. Dan yang terparah terjadi pada Jumat, (22/5) lalu.
“Akhirnya apa yang kami khawatirkan terjadi. Kalau dihitung sudah 6 kali dan ini yang terparah,” kata Ade.
Berbagai upaya agar Pemerintah Kota Tangerang Selatan menutup TPA Cipeucang pun telah dilakukan. Mulai dari membangun komunikasi dengan instansi terkait, melapor ke kejaksaan dan Kementerian Lingkungan Hidup. Hingga menggelar aksi camping di TPA Cipeucang sebagai bentuk protes. Namun, upaya tersebut tidak mempan.
“Bahkan kita mau dikriminalisasi oleh pak Mukodas Syuhada (Saat 2017 menjabat sebagai PLT Kepala Dinas LH Kota Tangsel) karena dia mengganggap kita hoaks dengan video kita bahwa ada longsor di Cipeucang. Tapi akhirnya tidak jadi karena kita punya buktinya,” jelas Ade.
Saat ini Banksa Suci masih terus berjuang agar TPA Cipeucang ditutup permanen. Belum lama ini Penegakan Hukum dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menyambangi Banksa Suci. Disana rombongan KLHK mengecek kondisi setelah menerima laporan dari Banksa Suci atas longsornya TPA Cipeucang.
“Dulu Pemkot Tangsel sempat berjanji akan memindahkan lokasi TPA ke Nambo, Bogor tapi hingga saat ini tidak terealisasi,” jelas Ade.
Ade menuturkan meski pada akhirnya timbul keadilan dan TPA Cipeucang ditutup, perjuangan Banksa Suci tidak akan pernah berakhir untuk melestarikan Sungai Cisadane.
“Manusia tanpa emas dan berlian akan tetap hidup tapi tanpa air kita akan mati,” pungkasnya. (irfan/gatot)
Diskusi tentang ini post