SATELITNEWS.COM, TANGERANG–Sebanyak 450 kepala sekolah (Kepsek) dan guru di Kabupaten Tangerang ikuti workshop Gerakan Sekolah Menyenangkan (GSM) di Hotel Lemo, Kelapa Dua, Sabtu (4/5). Hal itu dilakukan guna meningkatkan kualitas para pengajar dalam mencetak generasi unggulan.
Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Dadan Gandana mengatakan, workshop gerakan sekolah menyenangkan ini merupakan salah satu rangkaian dari peringatan Hari Pendidikan Nasional yang selalu diperingati di setiap tahunnya pada 2 Mei.
Kata Dadan, dalam rangka memperingati hari sakral dalam dunia pendidikan itu, pihaknya menggelar kegiatan workshop untuk para kepala sekolah dan guru yang ada di Kabupaten Tangerang, sebanyak kurang lebih 450 orang.
“Guru dan kepsek yang mengikuti acara ini sekitar 450 orang. Workshop ini dilakukan selama dua hari, yang dimulai Sabtu (4/5) hingga Minggu (5/5),” kata Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang, Dadan Gandana kepada Satelit News, Minggu (5/5).
Kata Dadan, dalam workshop gerakan sekolah menyenangkan ini, pembicara yang dihadirkan oleh Dinas Pendidikan Kabupaten Tangerang adalah seorang Dosen DTETI, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Prof. Muhammad Nur Rizal, M. Eng. PhD
“Tujuannya adalah berbagi ilmu. Bagaimana para guru dan Kepsek bisa membuat gerakan sekolah menyenangkan bagi peserta didik. Sehingga, para peserta didik memiliki keinginan untuk senang sekolah, dan tentunya dapat menjadi generasi yang unggulan,” tukasnya.
Sementara itu, Dosen DTETI, Universitas Gajah Mada, Yogyakarta, Muhammad Nur Rizal yang juga merupakan salah satu penggagas gerakan sekolah menyengsarakan (GSM) mengatakan, bahwa GSM merupakan salah satu upaya untuk mengubah paradigma pendidikan yang lama.
“Gerakan sekolah menyenangkan adalah gerakan akar rumput, demi mendorong transformasi pendidikan yang memanusiakan untuk seluruh anak Indonesia, menjadi generasi unggulan,” kata Muhammad Nur Rizal.
Menurut pria yang biasa disapa Prof Rizal, pendidikan yang dia lihat itu tidak hanya membangun kognitif anak, namun juga mental serta empati terhadap lingkungan dan sosial. Salah satu kegiatan GSM adalah memperkenalkan konsep ruang ketiga dalam pendidikan.
Rizal menjelaskan, ruang ketiga yang dimaksud adalah interaksi atau berdialog antar sesama, sehingga sekolah tidak hanya sebagai tempat belajar secara formal. Harapannya, ada ikatan emosional antara guru dengan murid, layaknya orang tua kepada anaknya.
“Ini dalam rangka membangun berpikir filsafat dalam kaitan pendidikan, harapan guru-guru kita itu bisa berpikir secara fundamental, bagaimana merefleksikan, mengevaluasi,” kata dia.
Rizal mengaku prihatin, kualitas pendidikan di Indonesia yang masih mematok nilai dan ujian. Padahal, sebetulnya anak-anak bisa belajar dengan metode yang lebih menyenangkan.
Bahkan, kata Rizal maraknya pemberitaan mengenai perundungan di lingkungan sekolah akhir – akhir ini, membuat dirinya merasa sedih dengan kualitas pendidikan saat ini.
“Sepatutnya menjadi renungan kita bersama. Jangan-jangan pendidikan karakter kita hanya sebuah slogan. Maka dari itu, mari kita gencarkan gerakan sekolah menyenangkan untuk mencetak generasi yang unggul dan lingkungan pendidikan yang menyenangkan,” tukasnya. (alfian/aditya)
Diskusi tentang ini post