SATELITNEWS.COM, DEPOK—Presiden Joko Widodo menyoroti alat-alat komunikasi dan perangkat teknologi yang digunakan sehari-hari di Indonesia faktanya didominasi produk impor. Kondisi ini menyebabkan defisit perdagangan Indonesia mencapai nilai hampir Rp 30 triliun.
“Teknologinya berkembang dan berubah sangat cepat setiap hari pasti ada perangkat-perangkat teknologi baru yang merubah cara-cara kita bekerja, yang menawarkan kemudahan-kemudahan, yang menawarkan kecepatan dan yang menawarkan efisiensi,” ujar Jokowi dalam sambutan pada peresmian Indonesia Digital Test House (IDTH) yang berada di Balai Besar Pengujian Perangkat Telekomunikasi (BBPPT), Tapos, Kota Depok, Jawa Barat, Selasa (7/5/2024).
“Tapi sayangnya, ini sayangnya perangkat teknologi dan alat komunikasi yang kita pakai masih didominasi barang-barang impor, dan nilai defisit perdagangan sektor ini hampir 2,1 miliar dollar Amerika Serikat atau lebih dari Rp 30 triliun rupiah,” ungkapnya.
Catatan Badan Pusat Statistik (BPS) dan Kementerian Perdagangan menunjukkan impor perangkat teknologi dan alat komunikasi memang melonjak tajam dalam lima tahun terakhir, terutama handphone.
Data Kementerian Perdagangan, impor perangkat teknologi dan informasi dan komunikasi (TIK) menembus US$ 8,54 miliar pada 2022 atau sekitar Rp 137,08 triliun. Nilai impor tersebut melesat 22,7% dibandingkan 2021. Pada Januari-Juni 2023 nilainya sudah mencapai US$ 4,16 miliar atau Rp 66,8 triliun.
Impor terbesar adalah perangkat smartphone disusul kemudian dengan laptop, netbook, dan tablet. Dari asal negara, impor terbesar adalah China disusul kemudian dengan Singapura, Malaysia, dan Jepang.
Dalam catatan BPS, impor smartphone dan perangkat terkait melonjak drastis dalam lima tahun terakhir. Impor smartphone melonjak 422% dari US$ 379,08 juta atau sekitar Rp 6,08 triliun pada 2018 menjadi US$ 1,98 miliar atau Rp 31,79 miliar pada 2023. Impor terbesar adalah smartphone, menembus US$ 1,97 miliar atau sekitar Rp 31,64 triliun. Dan 98,7% impor smartphone datang dari China.
Impor juga masih mendominasi di sisi permohonan uji perangkat digital. Sebagai contoh, Jokowi menyebut saat ini ada permohonan uji perangkat digital dari China sebanyak 3.046 perangkat. Sementara permohonan uji perangkat digital dalam negeri Indonesia hanya 632. “Sangat jauh sekali,” tegas Presiden.
Jokowi menyinggung soal kunjungan CEO Apple Tim Cook dan CEO Microsoft Satya Nadella baru-baru ini. Dalam kedua pertemuan, Jokowi menekankan Indonesia ingin menjadi produsen teknologi komunikasi. “Ini saya tekankan terus hal yang sama bahwa kita tidak boleh hanya menjadi penonton, kita tidak boleh hanya menjadi pasar dan kita harus jadi pemain, menjadi produsen,” tegasnya.
Presiden juga menyoroti rendahnya partisipasi pemasok lokal dalam rantai pasok global Apple. “Pedagang supplier dari Filipina ada 17, dari Malaysia 19 supplier, dari Thailand 24 supplier, dari Vietnam 72 supplier. Padahal kalau di ASEAN, PDB kita itu paling besar, 46 persen GDP ASEAN itu ada di Indonesia. Tapi untuk supplier kita tadi hanya dua,” jelasnya.
Hadirin yang mendengar pernyataan Jokowi dalam kegiatan peresmian itu pun hanya bisa terdiam. “Kenapa kita diam? Kenapa Bapak, Ibu diam semuanya? Kaget? Memprihatinkan,” lanjutnya.
IDTH merupakan pusat pengujian perangkat digital yang pembangunannya menelan anggaran Rp 980 miliar. IDTH akan menguji berbagai jenis perangkat teknologi, antara lain, laptop, telepon pintar, bluetooth, akses poin televisi digital, dan handy talkie radar. Pengujian guna memastikan standard kesehatan dan keselamatan calon pengguna perangkat sebelum dipasarkan.
Fasilitas di IDTH memenuhi standard internasional sehingga dapat menjadi pusat sertifikasi perangkat digital terdepan di kawasan Asia Tenggara. “(IDTH) Tidak boleh berhenti sekadar pengadaan alat dan teknologi saja, tetapi juga menjadi tempat untuk mendorong inovasi, memperkuat ekosistem teknologi digital lokal dengan kemudahan akses sertifikasi,” kata Jokowi.
Ia meminta Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mendorong IDTH menjadi pusat riset dan pengembangan, menggandeng perguruan tinggi, startup serta kalangan UMKM. “Mendorong riset dan paten, mendukung pengembangan pengujian dan sertifikasi produk-produk lokal agar produk perangkat digital dalam negeri mampu bersaing,” ujar mantan wali kota Solo itu.(bbs/san)
Diskusi tentang ini post