SATELITNEWS.COM, TANGSEL—Wali Kota Tangerang Selatan Benyamin Davnie melakukan pertemuan dengan warga Babakan Kecamatan Setu dan Mahasiswa Katolik Universitas Pamulang (Unpam) terkait pengeroyokan yang sempat viral beberapa waktu lalu. Pertemuan itu berlangsung di Rumah Dinas Wali Kota Tangerang Selatan, di wilayah Serpong, pada Selasa (14/5).
Benyamin mengatakan pertemuan ini menunjukkan bahwa Kota Tangsel merupakan kota yang aman dan nyaman untuk semua suku dan agama. Baginya, permasalahan yang mencuat murni karena kesalahpahaman yang terjadi di antara kedua pihak.
“Kami (Pemkot Tangsel-Red.) berterima kasih kepada semua yang sudah berkenan hadir di Rumah Dinas Wali Kota dan tentunya saya bersama Forkopimda mengapresiasi kehadiran semua di tempat ini. turut hadir juga dari Persaudaraan Timur Raya (PETIR), Camat Setu dan Lurah Babakan,” ucap Benyamin.
Bagi Benyamin, suasana kondusifitas yang selama ini terbangun di Tangsel berkat semua pihak tanpa terkecuali. Untuk itu, ia menegaskan bahwa tidak ada lagi hal-hal yang dapat merusak kebhinekaan di kota berjuluk anggrek.
Selain itu, kata Benyamin, kebersamaan ini menunjukkan semangat kedamaian dan toleransi dalam menyelesaikan permasalahan yang melibatkan berbagai pihak. Diharapkan, langkah-langkah konstruktif ini terus berlanjut untuk memperkuat kerukunan dan menciptakan lingkungan yang harmonis serta kondusif.
“Jadi kita semua saling meminta maaf dan memberi maaf, karena kita adalah anak bangsa. Dimana bumi dipijak di situ langit dijunjung. Sama, kita juga berharap. Ini pelajaran yang paling berharga di kehidupan kita. Dan ini tidak boleh terulang lagi,” kata Benyamin.
Ketua RW 02 Kampung Poncol Kelurahan Babakan Marat menyampaikan permohonan maaf atas kejadian yang sempat ramai beberapa waktu lalu. Ia meyakini banyak pembelajaran ke depan sehingga wilayahnya bisa menjadi lebih baik lagi.
“Saya sebagai ketua RW mewakili warga memohon maaf atas kejadian kemarin. Semoga bisa buat pembelajaran ke depan, sehingga tidak terjadi lagi hal seperti ini. Pasti ada hikmahnya ke depan,” katanya.
Hal serupa disampaikan perwakilan dari Mahasiswa Unpam Asal Nusa Tenggara Timur (NTT) Kevin. Ia juga menyampaikan permohonan maaf atas kejadian yang terjadi.
“Kami memohon maaf, mari kita sama-sama wujudkan Tangsel yang cerdas, Tangsel yang modern, Tangsel yang religius. Itu adalah harapan kita bersama,” bebernya.
Aloysius, tokoh masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT) menambahkan bahwa sesama anak bangsa yang diikat dengan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika harus saling menghargai. Untuk itu, ia mengajak untuk sama-sama mengedepankan silaturahmi dalam penyelesaian persoalan yang ada.
“Jauhkan intoleransi, jauhkan perbedaan sesama kita. Kita harus satu hati, satu jiwa, satu rasa. Kita harus berkomunikasi dengan baik, beda agama, beda ras. Tetapi kita adalah satu, Republik Indonesia,” ucapnya.
“Jadi kalau memang ada salah sedikit, marilah kita berkomunikasi yang baik-baik, silaturahmi yang baik, karena kita sesama anak bangsa. Jantung kita adalah Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, berbeda tetapi tetap satu,” sambungnya.
Semi Manape, Perwakilan Persaudaraan Timur Raya (Petir) mengatakan bahwa kejadian yang telah terjadi tentu memiliki hikmah yang luar biasa. Menurutnya, kasus ini tidak perlu diperpanjang, sebab pihak kepolisian telah bekerja sebagaimana mestinya.
“Setelah dari sini, kita sudah tidak ada lagi lah pembahasan kejadian tersebut. Kita datang ke sini satu tujuan, hati dan pikiran yang sama, setelah dari sini, kita jadi saudara.” pungkasnya. (eko)
Diskusi tentang ini post