SATELITNEWS.COM, SERANG – Sejumlah peternak hewan kurban di Provinsi Banten, diklaim lebih memilih mengambil pasokan hewan kurban yang berasal dari wilayah Sumatera, dibandingkan dari wilayah Jawa. Pergeseran itu, dikarenakan pasokan hewan kurban yang berasal dari Sumatera dinilai lebih murah, cepat dan aman.
Kepala Bidang (Kabid) Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Pertanian Provinsi Banten Ari Mardiana mengatakan, berdasarkan keterangan dari sejumlah peternak di Banten, mereka mulai mengambil hewan kurban dari wilayah Lampung.
Padahal sebelumnya, lebih banyak dari wilayah Jawa, mulai dari Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat.
“Ada sedikit pergeseran. Namun untuk persentasenya kami belum bisa memastikan,” ujar Ari, Senin (3/6/2024).
Ari mengungkapkan, berdasarkan pengakuan para peternak, mereka lebih nyaman mengambil hewan kurban dari Lampung karena dua sebab.
Pertama, ada perbedaan harga karena harga hewan dari Lampung lebih murah sedikit ketimbang yang dari Jawa.
Kedua, soal risiko penyakit hewan, misalnya Penyakit Mulut Kuku (PMK), antraks, LSD, dan lainnya.
Ternak dari Lampung, cenderung lebih aman dibandingkan dari wilayah Jawa karena di Lampung belum terdeteksi ada wabah penyakit hewan apalagi zoonosis.
Ari juga mengungkapkan, hampir 70 persen kebutuhan hewan kurban di Provinsi Banten memang masih didatangkan dari luar Banten, termasuk dari Lampung. Meski demikian pihaknya masih belum bisa memastikan jumlah pastinya. Jumlah pasti akan bisa diketahui setelah dua hari setelah Idul Adha.
Kebutuhan ternak di Banten menurut Ari, belum bisa dipenuhi oleh produksi dari Banten sendiri karena masih sedikitnya masyarakat yang beternak hewan. Hal ini berbeda dengan wilayah Jawa lain. Atau saat ini juga sudah ada daerah lain yang mengembangkan ternak seperti NTT dan NTB.
Hal ini juga, tidak bisa dilepaskan dari minat para pemuda di Provinsi Banten akan peternakan. Dia mengatakan, pemuda Banten masih lebih berminat bekerja di pabrik atau perusahaan dibandingkan menjadi peternak dan petani.
“Inilah yang menyebabkan tidak banyak produksi hewan di Banten. Padahal, untuk wilayah Jawa sendiri lebih banyak peternak mandiri, bukan perusahaan,” ujarnya.
Sementara, Kepala Dinas Pertanian Provinsi Banten Agus M Tauchid mengatakan, Pemerintah Provinsi Banten, memiliki komitmen bagaimana menciptakan keamanan batin masyarakat saat membeli hewan kurban.
Karena itu, pihaknya memastikan hewan kurban yang beredar di Banten memiliki kriteria ASUH atau aman, sehat, utuh, dan halal.
“Prinsip yang utama adalah masyarakat mendapatkan hewan kurban yang sesuai syariat dan memenuhi kesehatan secara medis,” katanya.
Untuk mewujudkan itu, dilakukan sejumlah langkah, mulai dari pemeriksaan saat di Merak atau titik pengecekan seperti yang ada di gunung Sindur.
Juga melakukan pemeriksaan terhadap lapak-lapak yang menjual hewan kurban, yang bertebaran di jalan-jalan di Provinsi Banten.
Agus menuturkan, kebutuhan hewan kurban di Provinsi Banten saat ini mencapai 86.880 ekor yang terdiri dari sapi potong 23.669 ekor, kerbau 1.055 ekor, kambing 30.430 ekor, dan domba 31.726 ekor. Sementara persediaan yang ada di Banten hanya ada 40.505 ekor, dengan rincian sapi potong sebanyak 4.856 ekor, kerbau 429 ekor, kambing 20.790 ekor, dan domba 14.430 ekor. Karena itu, hewan kurban itu didatangkan dari luar Banten sejumlah 46.376ekor, dengan rincian sapi potong 18.813 ekor, kerbau 626 ekor, kambing 9.641 ekor, dan domba 17.296 ekor.
“Ada potensi ekonomi dari kebutuhan Rp621.773 Miliar,” imbuhnya. (luthfi)
Diskusi tentang ini post