SATELITNEWS.COM, PANDEGLANG – Badan Penanggulangan Bencana Daerah dan Pemadam Kebakaran (BPBDPK) Kabupaten Pandeglang mencatat, ada 111 Desa di 26 Kecamatan terancam kekeringan. Hal itu, seiring dengan terjadinya peralihan musim dari musim penghujan ke musim kemarau.
Sekretaris BPBDPK Kabupaten Pandeglang Nana Mulyana mengakui, ada ratusan Desa di 26 Kecamatan yang berpotensi terkena dampak kekeringan. Selain karena berada di dataran tinggi, ratusan desa itu juga jauh dari sumber mata air. Sehingga, akan kesulitan mendapatkan pasokan air bersih.
“Berkaca pada kasus kekeringan tahun lalu, sedikitnya ada 111 desa yang terancam kekeringan, itu kalau kita lihat kasus kemarin. Mau enggak mau, kita harus memasok air bersih setiap harinya,” kata Nana, Senin (24/6/2024).
Nana mengaku, pihaknya sudah mengeluarkan peringatan dini kepada masyarakat agar waspada dan mempersiapkan kemungkinan terburuk dari musim kemarau yang akan segera terjadi di Pandeglang.
Oleh karenanya, musim itu bisa berdampak terhadap ketersediaan air bersih dan areal pertanian dan perkebunan di Pandeglang.
“Kita sudah keluarkan surat peringatan dini, semoga dengan itu masyarakat bisa melakukan antisipasi, karena memang hanya itu yang bisa kita lakukan. Mengenai penanganan atau pembangunan sumber mata air atau lainnya, kan bukan ada diranah kita,” tambahnya.
Nana mengatakan, dalam penanganan bencana kekeringan, pihaknya hanya bisa membantu mengirimkan pasokan air bersih ke lokasi terdampak di Kabupaten Pandeglang.
Hal itu juga, atas dasar usulan yang disampaikan masyarakat melalui Pemerintahan Desa atau Kelurahan setempat.
“Kita paling mengirimkan bantuan air bersih, melalui dua mobil tangki yang kita miliki. Karena memang kalau untuk benar-benar mengatasi kekeringan ini, harus kerja sama dengan semua pihak terkait, enggak bisa bekerja sendirian,” tuturnya.
Dikonfirmasi terpisah, Sekretaris Camat (Sekmat) Cadasari Eka Rahmawijaya mengatakan, ada beberapa lokasi diwilayahnya yang menjadi langganan kekurangan pasokan air bersih.
Kondisi itu bisa semakin parah, ketika musim kemarau, karena saluran air ke rumah warga tidak ada akibat kekeringan.
“Ada di kita lokasi yang memang membutuhkan mesin air, kaya di Desa Koranji, kalau sudah musim kemarau saja air enggak ada. Misalnya sebulan enggak hujan, air udah enggak ada. Kita sudah sering sampaikan keluhan itu, tetapi sampai sekarang belum ada tindaklanjutnya,” imbuhnya. (adib)
Diskusi tentang ini post