SATELITNEWS.COM, SERANG – Badan Meteorologi , Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Kelas II Tangerang Selatan, memprediksi puncak musim kemarau di Provinsi Banten, terjadi pada bulan Juli sampai September 2024.
Meski tak separah pada saat elnino tahun lalu, namun musim kemarau tahun ini tetap harus menjadi perhatian serius, karena selain berdampak pada sulitnya air bersih, juga berdampak pada gagal panen.
Berdasarkan hasil pemetaan yang dilakukan BPBD Provinsi Banten, ada sekitar 138.131 KK, yang akan mengalami dampak dari musim kemarau itu. Jumlah itu, berasal dari 415 kelurahan atau 105 kecamatan di delapan Kabupaten dan Kota atau 393.472 jiwa.
Sebanyak 415 kelurahan atau desa itu, terdiri dari di Kabupaten Serang sebanyak 63, Kabupaten Pandeglang 111. Kabupaten Lebak 109, Kota Serang 12, Kabupaten Tangerang 101, Kota Cilegon 4 dan Kota Tangsel 14.
Kepala BMKG Stasiun Klimatologi Kelas II Banten, Apolinaris Samsudin Geru mengatakan, Monitoring Hari Tanpa Hujan (HTH) Dasarian II Juni 2024 di Provinsi Banten secara umum berada pada kategori Sangat Pendek (1—5 hari).
Terdapat wilayah dengan kategori Pendek (6-10 hari) di wilayah (Cikeusik) Kabupaten Pandeglang, serta wilayah dengan kategori Menengah (11-20 hari) di wilayah (Sepatan) Kab. Tangerang.
Curah Hujan Dasarian III Juni 2024 di wilayah Provinsi Banten secara umum diprakirakan berada pada kategori Menengah (50-100 mm), kecuali disebagian kecil Kabupaten Lebak bagian utara, Kabupaten Pandeglang bagian barat dan selatan, sebagian kecil Kabupaten Serang bagian timur, Kota Cilegon bagian barat, dan sebagian kecil Kabupaten Tangerang dan Kota Tangerang Selatan bagian selatan berada pada katagori Rendah (20 – 50 mm).
Apolinaris menambahkan, fenomena elnino sejak akhir tahun 2023 lalu sudah dinyatakan hilang. Dan musim kemarau itu diprediksi akan kembali terjadi pada selama tiga bulan kedepan dimulai sejak bulan Juli.
“Itu puncaknya,” katanya seusai mengikuti kegiatan Rapat Koordinasi (Rakor) Pengendalian Operasi Bencana Alam yang dilaksanakan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Banten, Jumat (28/6/2024).
Kegiatan yang dilaksanakan di aula Pusdalops BPBD Banten itu, juga dihadiri perwakilan dari Polda Banten, BMKG, BBWSC3, BBWSC2, Dinas Pertanian Provinsi Banten serta seluruh perwakilan BPBD dari delapan Kabupaten dan Kota.
Kemarau itu, lanjutnya, akan terjadi hampir merata di seluruh daerah di Provinsi Banten. Namun demikian, masih aka nada beberapa daerah yang turun hujan dengan intensitas kecil sampai sedang, terutama di wilayah Lebak dan Pandeglang.
“Kalau untuk wilayah pesisir seperti Kabupaten Serang dan Tangerang itu panas. Kecuali wilayah tengah, kemungkinan masih akan terjadi juga hujan ringan sampai sedang di beberapa titik. Sedangkan setelah puncak musim kemarau itu selesai, akan kembali memasuki musim hujan apalagi ada potensi terjadinya la nina sampai akhir tahun 2024,” ucapnya.
La Nina sendiri, merupakan fenomena Suhu Muka Laut (SML) di Samudera Pasifik bagian tengah mengalami pendinginan di bawah kondisi normalnya. Pendinginan SML ini mengurangi potensi pertumbuhan awan di Samudera Pasifik tengah dan meningkatkan curah hujan di wilayah Indonesia secara umum.
Dijelaskan Apolinaris, perkiraan cuaca yang dikatakan kemarau itu tidak bukan berarti tidak ada hujan sama sekali. Pada periode itu sejatinya masih tetap turun hujan hanya saja intensitasnya kecil sampai sedang dibawah 50 milimeter, dan itu terjadi lebih dari satu dasarian atau 10 hari.
“Jadi memang hujan masih akan tetagp ada, tapi masuknya kategori kemarau,” jelasnya.
Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Provinsi Banten, Nana Suryana mengatakan, selain potensi kekeringan, potensi kebakaran hutan dan lahan juga bisa terjadi di musim kemarau nanti.
Oleh karena itu, berbagai upaya terus di lakukan seperti peningkatan kemampuan SDM, apel gabungan kesiapsiagaan bencana, pelatihan desa tangguh, sosialisasi, edukasi kepada komunitas, serta monitoring system peringatan dini.
“Sehingga dari aspek peralatan, kesiapan personil dan stackholder saat ini kita sudah semakin siap. Bahkan belajar dari tahun sebelumnya, di tahun ini aksi-aksi antisipasi itu sudah dilakukan di hamper seluruh Pemda,” ucapnya.
Misalnya, untuk mengantisipasi kekeringan di masyarakat, kita bisa bantu dengan pengiriman air bersih, bantuan sumur bor yang saat ini sudah dilakukan oleh jajaran Polri.
Kemudian untuk sektor pertanian, agat tidak menghambat proses tanam dan panen, pemda juga sudah menyiapkan 1.012 alsintan yang akan disebar di titik-titik yang rawan mengalami kekeringan.
“Semuanya kita akan koordinasikan,” pungkasnya. (luthfi)
Diskusi tentang ini post