SATELITNEWS.COM, TANGERANG–Di tengah stigma negatif yang melekat terhadap anak dengan down syndrome dan autisme yang notabene memiliki keterbatasan secara intelektual membuat para orang tua tidak percaya diri akan kemampuan anaknya.
Namun tidak dengan orang tua siswa Sekolah Khusus (SKh) Yayasan Karya Dharma (YKDW) Karawaci, Kota Tangerang. Stigma itu dipatahkan oleh mereka dengan bersama-sama melatih anak-anaknya dalam keterampilan musik yakni angklung.
Membentuk sebuah paguyuban sejak 1 tahun lalu, mereka bersatu dan berpikir bersama bagaimana agar anak-anak terbaik mereka bisa fokus dan berkembang dengan dunia musik. Para orang tua saling berbagi ilmu terkait kondisi anak dengan down syndrome dan autisme hingga pada akhirnya terbentuklah paguyuban tersebut.
“Karena anak-anak kami ini kan hanya bisa fokus terhadap pelajaran di sekolahnya, tapi tidak dengan motoriknya. Sehingga kami bentuk lah sebuah paguyuban ini agar para orang tua berperan aktif mengembangkan kemampuan anaknya, lalu tercetus untuk membuat pelatihan alat musik angklung sebagai alternatif terapi untuk melatih motoriknya,”ungkap Mita Zulviana, pencetus dan instruktur di paguyuban tersebut, Minggu (7/7/2024).
Mita mengaku, awalnya cukup sulit mengajari atau melatih anak-anak dengan keterbatasan yang dimilikinya. Mulai dari kesulitan memegang angklung, membuyikan angklung, hingga menyatukan satu kesatuan lantunan lagu bukanlah hal yang mudah.
Namun, seluruh orang tua bekerja keras dengan satu keyakinan yang sama. Bahwa, anak-anak mereka bisa, walau butuh waktu yang lebih panjang. “Cara melatihnya itu penuh kesabaran, pakai hati jadi anak-anak merasa diperhatikan dan penuh kasih sayang. Sehingga upaya itu mendorong anak-anak supaya bisa tampil lebih baik lagi,”ucapnya.
Atas usaha dan kesabaran para orang tua khususnya Mita, anak-anak YKDW ini kini bisa memainkan angklung dan telah tampil di event-event berksala nasional seperti Hari Anak Nasional dan Hari Disabilitas Nasional.
Terbaru, anak-anak disabilitas intelektual ini tampil memukau di penutupan Pekan Paralympic Pelajar Daerah (PEPARPEDA) VIII Banten di Tangerang Convention Center pada Jumat (5/7/2024) lalu. Mereka tampil dengan kompak dan membunyikan suara merdu dari angklung yang mengiringi penari di acara penutupan tersebut.
Penampilan anak-anak YKDW ini pun menyedot perhatian ratusan pasang mata yang hadir di acara itu. Sebab, dengan keterbatasan yang dimiliki, mereka tampil dengan ekspresi percaya diri tanpa melakukan kesalahan apapun.
“Kami awalnya dipanggil itu pada Januari Awal tahun ini. Kami melakukan persiapan dengan total kurang lebih enam kali latihan. Kami senang dan tak menyangka mereka bisa tampil semaksimal itu dan percaya diri didepan khalayak umum,”ujarnya.
Ke depan, Mita berharap anak-anak down syndrome dan autisme ini bisa diwadahi dan difasilitasi oleh Pemerintah setempat agar kemampuan dan bakat anak-anak tersebut bisa tersalurkan seperti anak-anak normal lainnya. “Karena saya merasa wadah dan fasilitas yang tersedia itu masih minim. Jadi saya harap pemerintah lebih memperhatikan lagi anak-anak disabilitas ini, supaya mereka bisa lebih percaya diri lagi mengembangkan potensi yang ada di tengah keterbatasan yang dimiliki anak-anak ini,”Harapnya. (hafiz)
Diskusi tentang ini post