SATELITNEWS.COM, SERANG – Penerapan Sekolah Ramah Anak (SRA) di Provinsi Banten, sampai saat ini belum maksimal. Dari 12.000 lebih sekolah yang menjadi sasaran, baru sekitar 4.900 sekolah yang sudah menerapkan SRA.
Untuk mengoptimalkan capaian itu, Pemprov Banten menggandeng Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) dan Bunda PAUD Provinsi Banten.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Kependudukan dan Keluarga Berencana (DP3AKKB) Provinsi Banten, Siti Ma’ani Nina mengatakan, dorongan penerapan SRA itu tidak hanya terbatas pada sekolah yang menjadi kewenangan Provinsi saja, tetapi juga yang menjadi kewenangan Pemda masing-masing.
Oleh karena itu, untuk mensukseskan capaian SRA itu, dibutuhkan kolaborasi yang kuat bersama seluruh stakeholder, termasuk TP PKK dan Bunda Paud baik di tingkat Provinsi maupun di daerah. Sehingga, penanganannya dilakukan secara komperhensif dari tingkat bawah, semua harus sekolah di dorong untuk bisa segera menerapkan SRA.
“Dan ini selaras, dengan program di Bunda PAUD dan TP PKK. Makanya, kita cukup terbantu,” ucapnya seusai meninjau pelaksanaan masa transisi pembelajaran di dua sekolah di Kota Serang bersama TP PKK dan Bunda PAUD, Kamis (18/7/2024).
Selain di sekolah, Nina juga mendorong fasilitas ruang-ruang publik dan juga tempat-tempat ibadah, itu juga ramah bagi anak-anak. Sehingga anak-anak merasa nyaman di rumah, di jalan, di tempat main, serta di sekolah. Apalagi, hal-hal itu menjadi salah satu indikator bagi Pemda, dalam penilaian Kabupaten/Kota layak anak.
“Grade sekolah juga akan menjadi naik kalau sudah menerapkan SRA. Karena setiap orang tua pasti akan memilik sekolah yang aman dan nyaman bagi anak-anaknya,” pungkasnya.
Sementara, Penjabat (Pj) Ketua TP PKK Provinsi Banten Tine Al Muktabar, mengingatkan kepada setiap sekolah untuk menerapkan sistem pembelajaran yang menyenangkan, terutama bagi anak-anak yang memasuki masa transisi dari PAUD ke SD/MI.
Menurut Tine, fase masa transisi itu terjadi dari kelas 1-3 tingkat SD/MI. Pada fase ini, metode pembelajaran yang dilakukan di sekolah harus membuat anak-anak selalu senang. Tidak tertekan apalagi sampai stres di lingkungan yang baru.
“Karena kalau sampai tertekan dan stres, akan berdampak buruk pada pertumbuhan anak-anak. Psikologis mereka akan terdampak besar dan terus akan terekam bahwasannya belajar itu tidak menyenangkan, dan akhirnya mereka tidak suka belajar,” jelasnya.
Padahal, lanjutnya, saat ini Pemprov Banten tengah gencar-gencarnya mempersiapkan SDM unggul guna menyongsong generasi emas 2045. Kalau metode pembelajarannya menyenangkan, maka itu akan terbawa sepanjang hidupnya.
“Itu merupakan modal utama untuk meningkatkan kompetensi, meningkatkan kapasitas mereka sehingga kelak akan menjadi seorang yang sukses dan profesional,” ucapnya.
Kepada orang tua, lanjut Tine, dirinya juga berharap tidak perlu khawatir jika anak-anaknya belum bisa baca tulis Ketika akan masuk SD. Tidak perlu khawatir atau bahkan melakukan penekanan kepada anak-anaknya, karena anak-anak tetap akan diterima di sekolah tanpa harus mengikuti tes.
“Sesuai arahan dari pusat, di masa transisi ini kita ingin menerapkan pola pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak,” ucapnya.
Bunda PAUD Provinsi Banten, Yayah Rukhiah menambahkan, pihaknya bersama TP PKK sudah melakukan sosialisasi kepada para orang tua agar melakukan pendidikan yang menyenangkan bagi anak-anaknya di lingkungan masing-masing. Termasuk juga sosialisasi kepada para guru baik di tingkat PAUD maupun SD/MI.
“Meski demikian, konsep pembelajaran yang telah ditetapkan tetap tersampaikan, hanya saja metode penyampaiannya yang berbeda,” katanya.
Pihaknya bersama Bunda PAUD tingkat Kabupaten dan Kota, akan terus mengawal penerapan pembelajaran yang menyenangkan seperti ini.
“Semuanya sedang bergerak, karena ini sudah menjadi program dari pusat,” imbuhnya. (luthfi)
Diskusi tentang ini post