SATELITNEWS.COM, SERANG – Jajaran pengurus dan anggota Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) Kabupaten Serang, merasa dirugikan dengan adanya isu potensi gempa megathrust picu tsunami, yang dikeluarkan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), belakangan ini. Karena, membuat resah tamu (wisatawan/pengunjung) yang akan berlibur ke kawasan wisata Anyer – Cinangka.
Ketua PHRI Kabupaten Serang, Yurlena Rachman mengatakan, dengan adanya isu tersebut, saat ini sudah ada beberapa tamu yang tadinya akan berlibur ke Anyer justru membatalkan. Tamu tersebut, mengaku merasa resah.
“Ini sangat merugikan kami di dunia pariwisata, dikeluarkannya isu – isu itu, tamu jadi takut liburan ke pantai, ada beberapa tamu yang sudah cancel liburannya. Walaupun masih ada yang tetap liburan,” kata Yurlena, Rabu (21/8/2024).
Yurlena menuturkan, isu gempa megathrust picu tsunami, itu memang disampaikan oleh BMKG mungkin dengan tujuan sebagai bentuk persiapan ketika terjadi bencana, seperti yang terjadi di negara maju Jepang.
Namun, seharusnya BMKG tidak menyampaikan isu tersebut yang membuat orang seolah – olah peringatan bencana, yang akan terjadi dalam waktu dekat.
“Kalau bicara isu, itu kan isu yang sudah bergulir sejak tahun 2022. Jadi memang kita itu enggak ada yang pernah tahu, akan terjadi kapan, bisa saja ratusan tahun atau puluhan tahun kedepan. Tapi kita sudah berkoordinasi juga dengan Dinas Pariwisata dan Kominfo, bahwa BMKG tidak ada statemen megathrust akan terjadi dalam waktu dekat. Hanya kita harus tanggap bencana,” ujarnya.
Yurlena pun mengaku, dalam waktu dekat akan coba melakukan pertemuan dengan BMKG. Karena, pihaknya juga membutuhkan informasi yang lebih akurat dari BMKG.
Sementara, Kepala Disporapar Kabupaten Serang, Anas Dwisatya Prasadya mengatakan, gempa megathrust itu adalah fenomena alam yang diperkirakan oleh BMKG dan waktunya pun kapan saja bisa terjadi. Namun yang jelas, pihaknya sebagai unsur pariwisata harus waspada dan siap.
“Bukan hanya megathrust saja yah, bencana lain juga harus kita hadapi, kemudian bukan hanya di kawasan pariwisata saja, melainkan di daerah perkotaan juga bisa terjadi,” ujar Anas.
Adapun jika ada tamu yang cancel, kata Anas dari unsur pariwisata harus bisa menjelaskan terhadap tamu terkait hal tersebut.
“Jadi kita dari unsur kepariwisataan, harus mempersiapkan diri, tetap waspada, melatih karyawannya untuk mengahadapi situasi apapun,” pungkasnya. (sidik)
Diskusi tentang ini post