SATELITNEWS.COM, SERANG – Provinsi Banten ditarget untuk meningkatkan cadangan karbon sampai 2030, dengan asumsi luas lahan hijau yang termanfaatkan mencapai 320.000 hektar.
Hal itu dilakukan, dalam rangka mengurangi emisi gas rumah kaca, dalam rangka mengantisipasi terjadinya perubahan iklim dunia.
Untuk itu, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) RI menargetkan Pemerintah Provinsi Banten, untuk ikut dalam program Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030. Program Indonesia’s FOLU Net Sink sendiri, merupakan program yang berfokus pada pengurangan emisi gas rumah kaca.
“Kita ditargetkan pada 2030 itu pengurangan emisi sampai dengan -140 juta ton CO2E,” kata Direktur Perencanaan Kawasan Konservasi pada Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, Ahmad Munawir, usai Workshop II Penyusun Rencana Kerja Sub Nasional Indonesia’s Forestry and Other Land Use (FOLU) Net Sink 2030 Provinsi Banten di Hotel Aston Serang, Selasa (10/9/2024).
Munawir mengatakan, target untuk Provinsi Banten untuk berperan mengurangi emisi ini adalah 320.000 hektare lahan.
Untuk mengurangi emisi, akan dilakukan sejumlah kegiatan, misalnya peningkatan cadangan karbon melalui rotasi, peningkatan cadangan karbon melalui non rotasi, hingga pengelolaan hutan mangrove.
Meski demikian, hingga saat ini belum dipastikan Provinsi Banten akan bisa menyumbang berapa pengurangan emisi tersebut karena masih dirumuskan. Program Indonesia’s FOLU Net Sink sendiri kemungkinan baru akan bisa digulirkan pada 2025 yang akan datang.
Saat ini, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI bersama dengan stakeholders di Provinsi Banten, masih merumuskan program-program yang akan dilakukan guna mendukung pengurangan emisi sampai dengan -140 juta ton CO2E itu pada tahun 20230 nanti.
Proposal program itu, ditargetkan akan sudah bisa difinalkan pada September 2024 mendatang untuk kemudian diajukan ke Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI, agar mendapatkan pendanaan tambahan dalam pelaksanaan programnya.
Capaian Indonesia’s FOLU Net Sink 2030 sendiri, ditentukan oleh sejumlah hal, di antaranya adalah pengurangan emisi dari deforestasi dan lahan gambut, peningkatan kapasitas hutan alam dalam penyerapan karbon, restorasi dan perbaikan tata air gambut, restorasi dan rehabilitasi hutan, pengelolaan hutan lestari, dan optimasi lahan tidak produktif.
Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan Sampah, Limbah B3, dan Pengendalian Pencemaran pada Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Banten Ruli Riatno mengatakan, program Indonesia’s FOLU Net Sink berkaitan dengan tiga isu global, yaitu perubahan iklim, keanekaragaman hayati yang mulai berkurang, dan polusi.
Sejak Pemerintah Indonesia meratifikasi Paris Agreement tahun 2016, pemerintah telah membuat komitmen bahwa Indonesia akan berkontribusi dalam pengurangan emisi gas rumah kaca.
Gas rumah kaca menjadi isu dunia, karena dengan adanya fenomena ini akan meningkatkan suhu bumi, akan meningkatkan permukaan air laut, termasuk mengancam biota darat dan laut. Karena itu, emisi ini harus dikurangi dengan menambah jumlah karbon. (luthfi)
Diskusi tentang ini post