SATELITNEWS.COM, TANGSEL—Dugaan kasus kekerasan terhadap anak kembali terjadi di Kota Tangerang Selatan. Kali ini, perkara tersebut melibatkan tempat penitipan dan pengasuhan anak atau daycare di kawasan BSD City.
Muhamad Rizky Firdaus melaporkan pemilik daycare di kawasan BSD ke Mapolres Tangerang Selatan (Tangsel), pada Minggu (29/9). Rizky membuat laporan karena pemilik daycare diduga melakukan pembiaraan insiden kekerasan terhadap anaknya, SAF yang masih berusia 2 tahun.
Rizky menyampaikan, awalnya ia dan sang istri menemukan luka cakaran di bawah mata anaknya. Saat itu, SAF dijemput dari daycare pada Rabu 25 September. Keduanya pun kaget lantaran anak perempuannya menderita luka.
Yang membuat Rizky dan istrinya geram adalah pihak daycare tidak memberikan informasi apapun terkait luka tersebut. Padaal pihak daycare menggunakan aplikasi khusus untuk memberikan update tentang aktivitas anak setiap harinya, mulai dari jadwal makan hingga durasi tidur.
“Logikanya kok bukan pihak mereka yang memberi tau, kita sudah membayar mereka mahal dan mereka juga ada aplikasi khusus yang update mulai dari makan, kegiatan pagi, siang, hingga tidur harus lapor berapa jam berapa menit, itu tidak ada informasi,” ujarnya usai membuat laporan di Mapolres Tangsel.
Lebih lanjut, Firdaus mengatakan bahwa istrinya yang memiliki latar belakang pendidikan psikologi, sempat langsung menanyakan kejadian tersebut kepada tiga pengajar di daycare. Namun, jawaban yang diberikan cukup mengejutkan.
“Ditanya langsung sekitar ada tiga pengasuh, ditanya ada supervisor, ternyata jawabannya ‘anak ibu nangis dari pagi dan dia menyakar dirinya sendiri’ Ini bagi istri saya keilmuan basic dia disampaikan tidak ada anak yang ingin melukai dirinya sendiri, bahkan kita orang dewasa tidak mungkin yang normal bunuh diri. Kan itu poinnya,” ungkapnya.
Tidak puas dengan jawaban tersebut, Firdaus dan istrinya memutuskan untuk meninjau rekaman CCTV di daycare tersebut. Setelah memeriksa rekaman, mereka menemukan bahwa SAF menjadi korban kekerasan dari anak lain sebanyak delapan kali.
Namun, pada momen itu SAF terlihat dipangku oleh salah satu pengajar. Tetapi ketika kekerasan terjadi tidak ada tindakan tegas dari pihak pengajar untuk melerai. Ironisnya, ketika anak lain melakukan kegaduhan, pengajar langsung mengambil tindakan. Padahal itu baru terjadi sekali.
“Kita cek CCTV banyak ruangan, selesai dicek ternyata dari pukul 12.51 wib sampai 13.03 wib CCTV yang sudah kita serahkan ke Polres bahwa anak kami jadi korban kekerasan oleh anak lainnya kurang lebih delapan kali. Anak kami posisinya dipangku teacher, di kejadian keenam ada anak lain perempuan melakukan kegaduhan itu langsung dilerai, padahal baru sekali,” ungkapnya.
“Pertanyaannya kok anak yang melakukan itu kepada anak saya tidak dilakukan seperti itu, yang kedua kok tidak ada laporan atas luka cakar tadi,” sambungnya.
Keesokan harinya, lanjut dia, Firdaus meminta istrinya untuk menghubungi pihak daycare untuk klarifikasi. Namun, jawaban yang diterima justru semakin memperkeruh suasana. Pihak daycare bersikeras bahwa luka tersebut bukan disebabkan oleh anak lain atau insiden jatuh, melainkan dilakukan oleh SAF sendiri.
“Mereka balas dengan frasa bahwa kami pastikan anak mami cakarannya itu bukan karena cakaran anak orang ataupun jatuh. Itu murni dilakukan oleh anaknya sendiri. Saya undang mereka hari Sabtu, suratnya saya kirim Jumat pagi. Masih dikonfirmasi, supervisor tidak bisa hadir karena cuti. Owner tidak bisa hadir tanpa keterangan,” katanya.
Mendapati ketidakjelasan ini, Firdaus memutuskan untuk menempuh jalur hukum. Ia melaporkan kasus ini ke Polres setempat dengan tuduhan kekerasan terhadap anak dan/atau pembiaran. Barang bukti yang dilampirkan dalam laporan termasuk rekaman CCTV, surat undangan klarifikasi, foto chat, dan foto luka anaknya.
“Saya maju ke ranah hukum karena saya sudah menemukan delik pidana kekerasan dan pembiaran jadinya kekerasan. Yang dilaporkan terkait dengan kekerasan terhadap anak dan atau pembiaran,” pungkasnya. (eko)
Diskusi tentang ini post