SATELITNEWS.COM, LEBAK—Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS) berhasil merekam keberadaan aktivitas macan kumbang melalui rekaman jebak yang ditanam di wilayah hutan. Keberadaan binatang dengan nama ilmiah Panthera Pardus Melas diyakini populasinya bertambah pasca sempat mengalami punah.
Melalui kamera jebak, nampak sepasang macan kumbang dengan warna hitam pekat itu tengah bercengkrama. Diyakini masing-masing berjenis kelamin betina dan jantan. “Ditemukan sepasang betina dan jantan. Karena kalau keduanya jantan dengan ukuran yang sama bisa berkelahi. Mengingat macan kumbang sangat teritorial dan soliter,” kata Kepala Balai TNGHS, Budhi Chandra melalui telepon selulernya, Minggu (3/11/2024).
Berdasarkan data yang dihimpun oleh TNGHS sejak tahun 2007 hingga 2024, diperkirakan populasi macan kumbang di TNGHS tersisa 50 ekor dan termasuk satwa yang dilindungi. Budhi mengklaim jumlah populasi tersebut terus mengalami pertambahan karena sebelumnya macan kumbang di TNGHS benar-benar hampir punah. “Dulu itu hampir punah, kritis. Jadi terus bertambah hingga sekarang 50 ekor dari 3.899 titik. Tapi memang di tahun 2025 nanti kita akan melakukan patroli untuk pendataan ulang,” ucapnya.
Budhi mengungkapkan, macan kumbang di TNGHS sendiri memang cukup sering terlihat secara langsung ketika petugas sedang melakukan patroli atau tracking di kawasan tersebut. Menurut Budhi, keberadaan macam kumbang juga bisa diidentifikasi dengen beberapa tanda seperti kotoran, cakar di pohon, tanda jejak, serta sisa-sisa makanan. Hal itu juga merupakan cara macan tutul untuk menandai teritorialnya sehingga mencegah macan tutul jantan lain memasuki kawasan tersebut.
“Selain itu, pemasangan kamera jebak juga kita melihat tanda-tanda atau jejak itu. Kita biasanya masang itu dari arah depan sama arah samping. Biar bisa membedakan macan ini sudah terekam oleh kamera sebelumnya atau yang baru, guna untuk menghitung populasi,” ujarnya.
Budhi mengungkapkan bahwa macan kumbang yang berada di TNGHS sendiri merupakan jenis macan tutul Jawa dan termasuk salah salah satu satwa endemik di TNGHS termasuk dengan Owa Jawa dan Elang Jawa. “Ini sebenarnya macan tutul Jawa dan satwa Endemik yang jadi maskotnya TNGHS. Jadi kalau misalkan di daerah lain ada juga macan tutul Jawa juga itu berbeda,” terangnya.(mulyana)
Diskusi tentang ini post