SATELITNEWS.COM, SERANG – Staf Ahli Bupati Bidang Pembangunan Ekonomi dan Keuangan, Zaldi Dhuhana menyebut, 20 komoditi sering menjadi penyebab inflasi di Kabupaten Serang. Diantaranya, adalah beras, cabai, bawang, daging ayam, daging sapi, telur, dan susu kaleng.
“Itu komoditi utama, yang sering bergejolak. kalau komoditas itu bahan pokoknya dari luar, pasti harganya akan lebih tinggi karena butuh transportasi untuk distribusinya,” kata Zaldi, Minggu (17/11/2024).
Oleh karena itu, kata Mantan Kepala Dinas Perikanan (Diskan) ini, agar tidak terjadi gejolak inflasi tentunya masyarakat harus bisa mencukupi kebutuhan sendiri.Pihaknya pun, berkeinginan melibatkan para ulama terkait upaya pengendalian inflasi.
Sebab, pengendalian inflasi terdapat 3 penyebabnya: pertama, tidak adanya keseimbangan antara suplai dan permintaan; kedua, kenaikan biaya produksi; dan ketiga, adanya ekspektasi atau ekspekulan.
“Kita ingin, para santri ataupun masyarakat bisa diajak untuk meningkatkan produksi,” kata Zaldi.
Zaldi mencontohkan, masyarakat ataupun para santri untuk mau menanam cabai merah atau memelihara domba, ternak ikan, atau ayam sehingga pengendalian inflasi di daerah, khususnya Kabupaten Serang, itu masih terjaga.
“Khususnya di daerah-daerah tertentu, yang suplainya itu harganya tidak naik tinggi,” tandasnya.
Sementara, Kepala Bagian (Kabag) Perekonomian dan Kesra Setda Kabupaten Serang, Febrian Ripera mengatakan, tokoh ulama atau tokoh masyarakat benar-benar dihargai.
Sehingga, ia pun meyakini tokoh masyarakat ini bisa mengajak masyarakat untuk pola hidup hemat dan juga mau bercocok tanam.
“Pastinya akan merubah mindset, tidak berharap bisa kerja, kerja, dan kerja, tapi punya penghasilan dari hasil bercocok tanam atau peternakan,” ujarnya.
Menurut Febrian, jika masyarakat tidak mengetahui cara bercocok tanam, pihaknya bisa mengirimkan penyuluh melalui Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP), untuk memberikan pengetahuan tata cara bercocok tanam. Begitupun untuk di sektor perikanan, ada penyuluh dari Dinas Perikanan (Diskan).
“Jadi tinggal bagaimana mereka mau berkomunikasi dengan kita saja, terutama untuk awal diubah dulu mindset-nya untuk mau dulu, mau bercocok tanam, mau beternak, dan mengelola ikan dan lainnya,” pungkasnya. (sidik)
Diskusi tentang ini post