SATELITNEWS.COM, PANDEGLANG – Harapan Nenek Sa’adiah mendapatkan bantuan perbaikan rumah dari Pemkab Pandeglang, pupus. Oleh karena, masyarakat dan Pemerintahan Desa Alaswangi, Kecamatan Menes, secara swadaya membangun rumah warga miskin tersebut.
Pejabat sementara (Pjs) Kepala Desa (Kades) Alaswangi, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, Mamat Rahmat mengatakan, saat ini pembangunan rumah Nenek Sa’adiah sedang dikerjakan, dibiayai oleh Pemerintahan Desa dan iuran dari masyarakat yang berbelas kasih.
“Nuju dikerjakeun (sedang dikerjakan-red). Alhamdulillah, dari Pemerintahan Desa, bersama warga dan simpatisan yang kasihan melihat kondisi Nenek Sa’adiah,” kata Mamat, Selasa (19/11/2024).
Mamat mengatakan, apabila tidak segers dilakukan pembangunan, khawatir rumah reyot yang ditinggali delapan orang itu roboh. Oleh karena, bantuan perbaikan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH) itu baru bisa dilakukan atau diberikan di tahun 2025 mendatang.
“Iya bantuan perbaikan rumah dari Pemkab atau Baznas Pandeglang, belum ada. Katanya nanti di tahun 2025, datang bantuannya. Jadi kita secara swadaya, membantu perbaikan rumah ini,” tambahnya.
Mamat juga mengatakan, pembangunan rumah secara swadaya itu dilakukan guna mengantisipasi hal yang tidak diinginkan terjadi, karena bisa mengancam keselamatan para penghuninya, apabila dibiarkan terlalu lama.
“Iya untuk material seperti kayu, bambu, GRC dan lain-lain. Itu juga untuk operasional konsumsi pengerjaan, bantuan dari warga dan simpatisan. Penanganan darurat kita sudah mendahului, untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.
Sementara, Sekretaris Daerah (Sekda) Pemkab Pandeglang Ali Fahmi Sumanta mengatakan, pihaknya akan segera melakukan pemanggilan terhadap Dinsos Kabupaten Pandeglang, untuk memastikan warga Pandeglang yang kurang mampu itu mendapatkan bantuan.
“Kita akan segera memanggil pihak Dinsos Pandeglang, untuk mengetahui ada program apa saja mereka, bantuan apa saja yang nantinya diberikan kepada Nenek Sa’adiah ini, secepatnya kita panggil,” ungkap Fahmi.
Ditanya terkait penggunaan dana Tidak Terduga (TT), Fahmi mengaku, dana tersebut bisa dipergunakan kapan saja untuk kepentingan masyarakat. Dengan catatan, diperbolehkan dan tidak melanggar aturan penggunaannya.
“Saya kira enggak masalah, kalau kita boleh-boleh saja dipergunakan, apalagi ini demi kepentingan masyarakat. Tapi nantilah kita cek dulu peruntukannya, apakah boleh dipergunakan atau tidak,” pungkasnya.
Sebelumnya diberitakan, pemerataan perekonomian di Kabupaten Pandeglang belum sepenuhnya tercapai. Buktinya, Nenek Sa’adiah (50) warga Kampung Sigotong, Desa Alaswangi, Kecamatan Menes, Kabupaten Pandeglang, selama puluhan tahun tinggal di gubuk reyot.
Nenek Sa’adiah tinggal bersama suaminya, Kakek Karjo (59), selama lebih dari 20 tahun dan belum pernah mendapatkan bantuan perbaikan rumah, alias masih tinggal di gubuk reyot atau Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).
Pasangan suami istri itu, tinggal di gubuk berukuran lima kali sembilan meter dengan kondisi bangunan memprihatinkan. Dinding yang terbuat dari bambu atau bilik, sudah banyak berlubang dan kotor, kondisi itu diperparah dengan atap rumah yang bocor ketika terjadi hujan.
Selain itu, kondisi tempat mandi, cuci, kakus (MCK) pasangan suami istri ini sangat tidak layak, karena hanya ditutup kain dan baliho bekas yang sudah usang.
Sa’adiah mengaku, dirinya tinggal bersama suami dan enam orang lain di rumah tersebut. Selama puluhan tahun, rumah yang ditinggalinya belum pernah mendapatkan bantuan perbaikan rumah dari Pemkab Pandeglang.
Hal itu terjadi karena, dirinya tidak memiliki dana untuk melakukan pembangunan rumah yang biasa ditinggali itu.
Bahkan, kata dia, untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari, dirinya hanya menjual sayuran keliling, sementara suaminya menjadi penggembala kambing.
“Rumah saya diisi delapan orang. Sedih rasanya, tapi saya memilih memprioritaskan pendidikan anak-anak. Yang penting semua anak saya bisa sekolah. Lima orang anak saya sekolah, dan saya ingin mereka punya masa depan lebih baik,” katanya, Selasa (12/11/2024).
Dia berharap, bisa mendapatkan bantuan perbaikan rumah dari Pemkab Pandeglang, karena selama puluhan tahun dirinya dan keluarga harus bertahan dengan kondisi rumah yang lapuk dan khawatir roboh.
Kondisi saat hujan, sering membuat seluruh bagian rumah basah, termasuk pakaian dan buku anak-anaknya.
“Pengajuan bantuan sudah sering kami lakukan, sampai bosan. Tapi saya pasrah saja, semua rezeki sudah diatur Allah. Semoga suatu saat bisa tinggal di rumah yang lebih layak,” imbuhnya. (adib)
Diskusi tentang ini post