SATELITNEWS.COM, JAKARTA—Tingkat partisipasi pemilih di Pilkada Serentak 2024 menurun dibanding sejumlah pesta demokrasi sebelumnya. Rata-rata nasional hanya sekitar 68 persen. Di sisi lain, angka golput di sejumlah provinsi strategis mengalami kenaikan signifikan dengan rata-rata 37,63 persen.
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) Mochamad Afifuddin mengatakan, fenomena menurunnya partisipasi pemilih pada pilkada kali ini tidak hanya dipengaruhi oleh faktor eksternal, tapi juga persoalan internal.
“Dalam catatan kami 68 persen se-Indonesia. Jadi rata-rata nasionalnya sekitar 68 persen,” kata Afif dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) Komisi II DPR dengan KPU, Bawaslu, DKPP dan Kemendagri, di Kompleks Parlemen, Jakarta, Rabu (4/12).
“Dalam kacamata kami itu juga sudah luar biasa di tengah tahapan yang seperti ini. Tentu kami berterima kasih sekali atas semua partisipasi banyak pihak, para pemilih yang sudah menggunakan hak pilih,” ujarnya lagi.
Seperti diketahui, pada tahun 2024 ini digelar Pilpres, Pileg serta Pilkada Serentak. Pilpres dan Pileg digelar pada Februari lalu dengan partisipasi pemilih di atas 81 persen. Sedangkan pilkada serentak terakhir dilaksanakan pada 2020 dengan tingkat partisipasi 76,09 persen.
Afifuddin menegaskan bahwa pihaknya tidak akan menutup diri ataupun menolak kritik dari berbagai pihak soal menurunnya partisipasi pemilih pada Pilkada serentak 2024. Dia menilai perlu ada evaluasi dari berbagai sisi.
Salah satunya soal peningkatan upaya sosialisasi pilkada demi mendongkrak partisipasi pemilih. KPU juga harus lebih gesit mempersiapkan dua gelaran besar dalam satu tahun kalender.
“Tentu banyak faktor. Kami pasti tidak berupaya untuk defensif, tapi pasti ada hal internal dan ada eksternal. Tapi dari sisi yang bisa kami sampaikan, pertama tentu kita harus mengevaluasi secara menyeluruh. Apakah di internal kebijakan kami, maupun di tingkat situasi yang lain,” ujar Afifuddin.
Di sisi lain, survei dari Lembaga Survei Indonesia (LSI) Denny JA menunjukkan adanya kenaikan angka golput pada Pilkada kali ini, terutama di 7 provinsi strategis. Setidaknya ada 4 faktor penyebab hal tersebut terjadi.
Faktor pertama adalah berdekatannya jarak antara Pemilu 2024 dan Pilkada 2024. “Pertama, kelelahan pemilu. Perhatian dan energi sudah terkuras dalam pilpres dan Pileg 2024. Pertarungan pilkada menjadi kurang daya tariknya,” kata Peneliti Adjie Alfaraby, dalam rilis survei LSI Denny JA secara daring, Rabu (4/12).
Faktor kedua, kandidat yang bertarung dianggap kurang pesonanya. Terutama terjadi di Jakarta dan Sumatera Utara. “Kandidat yang lebih favorit di daerah itu seperti Anies Baswedan dan Ahok di Jakarta terlambat maju secara politik untuk maju,” ucap Adjie.
Faktor ketiga penyebab tingginya golput dalam pilkada yakni, masyarakat semakin tidak yakin seberapa besar kepala daerah bisa mengubah hidup mereka. Menurut Adjie, rakyat semakin yakin keputusan penting yang berdampak dalam hidup mereka lebih ditentukan oleh pemerintah pusat. “Karena banyak sekali sekarang program pemerintah pusat yang populis yang menyentuh masyarakat bawah,” ucap Adjie.
Faktor terakhir karena bertambahnya apatisme politik. Hal ini terjadi karena ada polarisasi politik, korupsi dan gaya hidup mewah para pejabat negara. “Isu polarisasi politik, korupsi di pemerintahan, kemewahan hidup sebagian pejabat negara, membuat apatisme politik meninggi,” ujar Adjie.
Adjie juga mengungkap data golput yang mengalami kenaikan pada Pilkada 2024 di 7 provinsi. “Data quick count kita menunjukkan bahwa rata-rata angka golput di 7 provinsi ini 37,63 persen,” kata Adjie.
Angka golput Jakarta pada pilgub sebelumnya ialah 20,5 persen. Sedangkan di tahun 2024 naik jauh mencapai 46,91 persen. Angka golput di Banten pada pilgub sebelumnya naik sedikit dari 36,1 persen, kini menjadi 37,78 persen pada Pilgub 2024.
Jawa Barat juga naik signifikan dari 29,7 persen di pilgub sebelumnya, menjadi 36,98 persen di Pilgub 2024. Di Jawa Tengah turun sedikit dari pilgub sebelumnya 32,36, menjadi 29,48 persen pada Pilgub 2024.
Angka golput di Jawa Timur pada pilgub sebelumnya naik dari 33,08 persen persen, kini menjadi 34,68 persen pada Pilgub 2024. Di Sumatera Utara pada pilgub sebelumnya 38,22 persen. Pada tahun 2024 naik signifikan menjadi 46,41 persen. Sementara itu, angka golput di Provinsi Sulawesi Selatan pada pilgub sebelumnya 29,84 persen, kini di Pilgub 2024 menjadi 31,14 persen. (bbs/san)
Diskusi tentang ini post