SATELITNEWS.COM, TANGERANG–Sebanyak 181 orang, termasuk 6 kru, diduga tewas dalam kebakaran pesawat Jeju Air di Bandara Internasional Muan, wilayah barat daya Korea Selatan (Korsel) pada Minggu (29/12).
Kementerian Luar Negeri (Kemlu) melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Seoul memastikan, tak ada WNI yang menjadi korban dalam musibah tersebut.
“KBRI Seoul dan Kemlu di Jakarta memonitor kecelakaan pesawat Jeju Air 7C2216 yang terjadi di Muan International Airport, Korea Selatan, pada hari ini (29/12/2024). Saat ini KBRI Seoul sedang berkoordinasi dengan otoritas setempat,” demikian keterangan KBRI Seoul yang diterima redaksi, Minggu (29/12).
Berdasarkan informasi yang diterima KBRI Seoul dari media setempat, pesawat yang berangkat dari Bangkok itu membawa total 181 orang – yang terdiri dari 173 orang WN Korea dan 2 orang WN Thailand serta 6 kru pesawat.
“Tidak terdapat penumpang WNI dalam pesawat tersebut,” imbuh keterangan KBRI Seoul.
Laporan terakhir Yonhap menyebutkan, total 181 orang yang berada di dalam pesawat Jeju Air diyakini tewas. Kecuali, dua orang yang merupakan penumpang dan kru pesawat.
Musibah kecelakaan itu terjadi pada pukul 9.07 pagi, ketika pesawat Jeju Air keluar dari landasan pacu saat mendarat, dan menabrak tembok pagar di Bandara Internasional Muan, Provinsi Jeolla Selatan, yang berjarak sekitar 288 kilometer arah barat daya Seoul.
“Kecuali dua orang yang berhasil diselamatkan, semua orang yang hilang diduga tewas,” kata petugas pemadam kebakaran, seperti dilansir Yonhap, Minggu (29/12).
“Saat ini, kami beralih ke operasi pencarian untuk menemukan jenazah,” imbuhnya.
Sejauh ini, pihak berwenang telah mengonfirmasi 85 kematian dalam musibah kecelakaan pesawat Jeju Air. Seorang penumpang dan satu awak pesawat yang dua-duanya perempuan berhasil diselamatkan, tak lama setelah kecelakaan itu terjadi. Keduanya dirawat di sebuah rumah sakit di Mokpo.
Mayoritas penumpang pesawat yang baru saja kembali dari Bangkok itu merupakan warga negara Korea. Hanya dua WNA yang berasal dari Thailand.
Rekaman video yang ditayangkan stasiun TV lokal menunjukkan, pesawat nahas tersebut berusaha mendarat dengan kondisi roda pendaratan tidak keluar.
Pesawat tersebut tergelincir di tanah, lalu menabrak dinding beton, hingga akhirnya meledak dan dilalap api. Ledakan itu membuat bodi pesawat nyaris hancur total.
Atas kejadian ini, pihak berwenang Jeolla Selatan menaikkan peringatan darurat ke tingkat tertinggi, dan mengerahkan semua petugas penyelamat dan polisi ke lokasi kecelakaan.
Otoritas setempat menduga, roda pendaratan gagal keluar lantaran pesawat menabrak burung. Mereka memulai investigasi di lokasi untuk menentukan penyebab pastinya.
Plt Presiden Choi Sang-mok tiba di lokasi kecelakaan sekitar tengah hari. Dia langsung menginstruksikan para pejabat untuk melakukan segala upaya dalam operasi pencarian.
Choi juga menyampaikan belasungkawa yang mendalam kepada seluruh anggota keluarga yang ditinggalkan. Dia berjanji menawarkan semua bantuan pemerintah yang memungkinkan kepada keluarga korban.
Kantor Kepresidenan Korsel menggelar pertemuan darurat dengan para pejabat senior pada pukul 11.30 waktu setempat, untuk membahas tanggapan pemerintah terhadap kecelakaan pesawat tersebut. Pertemuan itu dipimpin Kepala Staf Kepresidenan Chung Jin-suk.
Plt Komisaris Jenderal Badan Kepolisian Nasional Lee Ho-young juga memerintahkan para pejabat untuk memobilisasi semua sumber daya yang tersedia. Serta bekerja sama dengan pemadam kebakaran dan lembaga terkait lainnya, untuk membantu upaya penyelamatan. (rmg)
Diskusi tentang ini post