SATELITNEWS.COM, SERANG –Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, angka inflasi Provinsi Banten untuk Desember 2024 masuk 10 besar nasional tertinggi, dengan besaran mencapai 1,88 poin, atau lebih rendah satu poin dibandingkan Provinsi Papua Barat, yang masuk urutan kesepuluh.
Ekonom senior Bank Indonesia (BI) Provinsi Banten, Lukman Hakim menilai bahwa, meskipun Banten masuk dalam sepuluh besar inflasi tertinggi secara nasional, tingkat inflasi 1,88 persen masih berada di bawah target nasional sebesar 2,5 persen.
“Ini jauh lebih baik dibandingkan tahun lalu yang mencapai 3,06 persen,” kata Lukman, sesuai mengikuti Rakor inflasi secara virtual, Senin (6/1/2025).
Ia menambahkan, pengendalian inflasi membutuhkan kolaborasi antara Pemerintah Daerah, TPID, dan masyarakat. Tentunya, selain mendorong peningkatan produksi lokal, program jangka panjang juga akan difokuskan untuk mengurangi ketergantungan pada pasokan luar daerah.
“Dengan langkah-langkah strategis ini, tentunya kita harap Banten dapat menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok dan menekan laju inflasi di masa mendatang,” pungkasnya.
Penjabat (Pj) Gubernur Banten, A Damenta mengungkapkan, angka inflasi tersebut dipicu oleh kenaikan harga emas serta lonjakan harga komoditas pangan, seperti cabai merah, cabai keriting, dan ayam ras.
“Kami akan menindaklanjuti kondisi ini, melalui Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda), untuk memetakan daerah-daerah dengan potensi inflasi tinggi dan mencari solusi konkret,” ungkap Damenta.
Ia menambahkan, salah satu penyebab utamanya adalah defisit cabai besar yang signifikan. Karena, ungkap Damenta, meskipun stok komoditas cabai sudah tersedia, akan tetapi inflasi tetap terjadi. Sebab, kebutuhan cabai di Banten, produsen lokal hanya mampu memenuhi 10 hingga 20 persen dari total kebutuhan.
“Kami akan mengimbau, agar masyarakat dapat memanfaatkan lahan-lahan yang ada agar tidak selalu bergantung pada pasokan dari luar daerah. Ini penting untuk menekan ketergantungan dan menjaga kestabilan harga,” paparnya.
Diketahui, berdasarkan data terbaru yang dikeluarkan oleh BPS menunjukkan, defisit cabai besar di Banten mencapai 4.672 ton, dengan rincian defisit terbesar berada di Kabupaten Tangerang (1.338 ton), disusul Kota Tangerang (1.152 ton), Kota Tangerang Selatan (951 ton), dan Kabupaten Serang (658 ton). Empat kabupaten/kota lainnya mencatat defisit gabungan sebesar 573 ton.
Menurut Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Banten, Babar Suharso, neraca pangan menunjukkan kebutuhan cabai Banten jauh melebihi hasil panen lokal.
“Memang untuk cabai itu kita defisit ya. Karena dalam setahun, panen cabai lokal hanya mampu menutupi sekitar 10 persen dari total kebutuhan,” ungkap Babar.
Babar menerangkan, meski upaya peningkatan panen lokal sedang dilakukan, akan tetapi untuk pemenuhan kebutuhan cabai di Banten itu masih bergantung pada pasokan dari luar daerah.
“Saat ini, untuk stok pasokan kita itu dari Pasar Induk Tanah Tinggi yang menjadi pusat distribusi utama cabai di Banten. Akan tetapi, Pasar Induk Tanah Tinggi ini juga memasoknya dengan pasokan yang berasal dari Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Jawa Timur. Nah, saat ini kan pasokan dari daerah-daerah tersebut juga sedang sulit karena faktor cuaca dan lainnya. Jadi ya berdampak nuga ke kita,” terangnya.
“Tapi, kemarin, saat dicek oleh pak Mendagri, pasokan cabai dari luar daerah di Pasar Tanah Tinggi sudah mulai menunjukkan angka perbaikan. Jika dibandingkan awal Desember, harga di pasar induk sudah mengalami penurunan,” sambungnya.
Babar juga mengatakan, untuk mengatasi defisit ini, pihaknya mengaku akan mendorong program ekstensifikasi, yaitu perluasan lahan tanam cabai di beberapa wilayah.
“Seperti yang disampaikan oleh Pak Pj Gubernur, kita akan lakukan ekstensifikasi lahan, seperti di Kabupaten Serang, Lebak, Pandeglang, dan Kabupaten Tangerang. Selain itu, langkah kecil namun strategis juga dilakukan dengan membagikan bibit cabai kepada masyarakat, seperti pada saat peringatan Hari Ulang Tahun Banten ke-23 dan ke-24 kemaren,” jelasnya.
“Gerakan menanam cabai di rumah tangga ini tentunya dapat membantu memenuhi kebutuhan kecil secara mandiri dan mengurangi tekanan pada pasar, khususnya di wilayah perkotaan,” tutupnya. (luthfi)
Diskusi tentang ini post