SATELITNEWS.COM, PANDEGLANG – Diera moderenisasi dan globalisasi, para santri diimbau dapat membuka wawasan agar bisa menghadapi tantangan zaman. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, para santri hanya akan menjadi penonton dan akan tertinggal oleh generasi selanjutnya.
Pimpinan Pondok Pesantren Huffadz Manbaul Quran, Sirojudin ZA mengatakan, ditengah gempuran teknologi dan perkembangan zaman, para santri harus bisa membuka wawasan agar tidak tertinggal. Sikap itu penting untuk dilakukan, agar para santri bisa bersaing dengan generasi lain.
“Perlunya wawasan yang luas untuk menghadapi tantangan zaman. Santri harus memiliki kemampuan memahami konteks era modern, tetapi tetap berakar pada nilai-nilai Islam. Inilah kunci agar kita relevan di tengah perubahan zaman,” kata Sirojudin, Senin (20/1/2025).
Dia mengatakan, keseimbangan dan kesinambungan antara ilmu agama dan perkembangan zaman harus bisa diterapkan oleh para santri. Alasannya, karena ilmu dan wawasan sebagai bekal kehidupan ditengah perkembangan zaman agar tidak tertinggal.
“Ilmu adalah cahaya yang menerangi jalan kita. Namun, ilmu tanpa wawasan dan adab hanyalah sekadar pengetahuan tanpa arah. Sebaliknya, ilmu yang diiringi akhlak mulia akan membawa keberkahan yang luar biasa,” tegasnya.
Dia mengatakan, salah satu cara untuk mengimbangi perkembangan zaman itu, yakni dengan belajar antara ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum, salah satunya diajarkan dalam kitab Talim Muta’alim.
Buku itu lebih dari sekadar panduan belajar, melainkan bisa menjadi pedoman hidup yang menanamkan nilai-nilai moral, seperti penghormatan kepada guru, pentingnya niat yang tulus, serta kesungguhan dalam belajar.
“Jadi, para santri tidak hanya belajar untuk menjadi pintar, tetapi juga untuk menjadi manusia yang bermanfaat. Niat mencari ridha Allah harus menjadi landasan setiap langkah kita dalam menuntut ilmu,” tambahnya.
Rais Syuriah PCI-NU Federasi Rusia periode 2016-2025, Ir Agus Pramono mengatakan, ada beberapa hal yang harus menjadi perhatian khusus dalam kitab Talim Muta’alim, diantaranya pentingnya adab dalam menuntut ilmu. Oleh karena, ilmu tanpa adab akan kehilangan keberkahan.
“Di era digital ini, kita sering terjebak dalam kemudahan akses informasi, tetapi melupakan nilai-nilai dasar seperti penghormatan kepada guru dan konsistensi dalam belajar,” katanya.
Dia menilai, transformasi nilai-nilai tradisional menjadi panduan moral di era modern penting untuk dilakukan. Meskipun, kata dia, kitab tersebut berasal dari masa lalu, ajarannya masih relevan untuk membentuk karakter generasi muda yang tangguh secara intelektual dan spiritual.
“Nilai-nilai ini harus diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan formal. Rasulullah mengajarkan kita untuk memperbanyak amal, bahkan di tengah ujian. Doakan orang yang dzalim kepada kita, karena doa itu bukti kebesaran hati dan keyakinan kita pada keadilan Allah,” katanya. (adib)
Diskusi tentang ini post