SATELITNEWS.COM, TANGERANG—Peringatan tahun baru Imlek 2025 di Klenteng Boen Tek Bio Pasar Lama, Kota Tangerang Rabu (29/1/2025) dipenuhi warga, khususnya masyarakat dari etnis Tionghoa. Klenteng yang sudah ada sejak tahun 1684 ini ramai dikunjungi baik mereka yang datang dari Kota Tangerang maupun luar daerah.
Wakil Ketua III Badan Pengurus Boen Tek Bio, Tan Kim Eng mengatakan, masyarakat etnis Tionghoa sudah mulai berdatangan untuk bersembayang kepada para Dewa-Dewi sejak tengah malam saat memasuki tahun baru Imlek.
Adapun proses persembanyangan dimulai dari cuci tangan, lalu mengambil lilin dupa dengan menghadap Thian Ti Kong sebagai bentuk penghormatan dan memohon agar diberikan keuntungan, rezeki dan kemakmuran. “Tentu juga memohon diberikan umur usia panjang. Selain sembayang ini juga kebiasaan seharian pun harus didukung, harus diimbangin perbuatan baik selama hidupnya, bisa menjaga pikiran, ucapan dan perilaku,” ucapnya. Ia menuturkan bahwa ritual persembayangan sebagai bentuk rasa terimakasih atas keberkahan tahun lalu dan mengharapkan keberkahan pada tahun baru Imlek 2025 agar diberikan kemakmuran di dalam kehidupan.
Selain itu, tahun baru Imlek ini juga sebagai ruang silaturahmi dan berkumpul bagi para keluarga. Terlebih tahun baru ini, tidak hanya diperuntukkan umat beragama Budha saja, melaikan semua umat beragama yang merupakan warga Tionghoa. “Karena selain bersembayang, Imlek ini juga ajang bagi para keluarga, orang tua, anak, cucu semuanya untuk berkumpul dan silaturahmi,” ucapnya.
Para umat yang datang ke Klenteng Boen Tek Bio terbilang sangat ramai dipadati umat di Kota Tangerang maupun luar daerah untuk melakukan sembayang. Kata Tan Kim Eng, umat yang datang mencapai 10 ribu lebih sejak jam 00.00 WIB hingga sore hari. “Karena Klenteng di sini tidak pernah sepi, 24 jam selalu buka. Umat pada datang meski pun subuh bahkan tengah malam, kelenteng tidak pernah tidur, tidak pernah tertutup bagi umat,” katanya.
Ia berharap, di tahun 2025 dengan Shio Ular Kayu ini para umat lebih bijaksana dan penuh kesabaran sebagaimana makna ular. Sementara di sisi sosial, para umat agar selalu merangkul semua kalangan tanpa membedakan Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan.
“Semoga kita memberikan kepada sesama kurang yang mampu dan menolong semua yang ada khususnya di Kota Tangerang. Kita nggak memandang agama apapun. Kalau sosial kemanusiaannya kita menjangkau semua kalangan. Semoga Kota Tanggerang ini menjadi satu kebudayaan yakni toleransi beragama,” tandasnya.
Tradisi Keluarga Saat Imlek
Salah satu warga Kota Tangerang yang merayakan Imlek adalah Christian Lois. Pria yang juga anggota DPRD Kota Tangerang ini berharap agar Imlek membawa berkah dan menjadi momen untuk merefleksikan apa yang sudah diperbuat selama 1 tahun ke belakang. “Kita mau berbuat apa, tujuan apa disertai dengan niat dan usaha yang baik mudah-mudahan diberikan berkah, dirahmati oleh alam semesta, oleh Tuhan Yang Maha Esa dan apa yang dicita-cita terwujud dan dijauhkan dari marabahaya dan sehat-sehat,” harapnya saat dijumpai di Klenteng Boen Tek Bio.
Disinggung tradisi keluarga saat Imlek, wakil rakyat dari Fraksi PSI dari daerah pemilihan (Dapil) III ini mengatakan sebagai umat Budha yang kebetulan lahir di Bangka Belitung Imlek di keluarganya biasanya diawali sejak malam tahun baru Imlek dengan bersih-bersih tempat sembahyang, bersih-bersih rumah serta berdoa dan sembahyang.
“Jadi pada saat tengah malam kemudian kita mengucapkan Imlek kepada keluarga yang utama dan pertama, nggak pakai nunggu pagi. Karena jam 12 malam itu kita kan sudah sembahyang, pasti ketemu dengan orang tua. Kita juga mendoakan juga orang tua sekaligus memohon maaf atas kesalahan sudah kita perbuat,”ujarnya.
Sementara pada pagi hari atau saat tepat tahun baru Imlek dirinya biasanya kumpul keluarga dan mengucapkan selamat Imlek kepada keluarga lain disertai suguhan makanan, khususnya makanan khas. “Karena saya dari Bangka biasanya makanan khas Bangka dan juga dari tetangga. Biasanya gitu sih tradisinya,” ucapnya. (hafiz/made)
Diskusi tentang ini post