SATELITNEWS.COM, TANGSEL—Malang nasib Yonih. Perempuan berusia 62 tahun itu meninggal dunia setelah mengantre gas 3 kilogram di dekat rumahnya, Kelurahan Pamulang Barat, Pamulang, Kota Tangerang Selatan, pada Senin (3/2) siang.
Sehari-hari, Yonih berdagang nasi uduk. Warga Jalan Beringin RT 001 RW 007, Kelurahan Pamulang Barat itu memerlukan gas 3 kilogram agar dapat memasak makanan yang akan dijualnya tersebut.
Adik Yonih, Rohaya (51) mengatakan kakaknya pamit untuk membeli gas 3 kilogram di pangkalan yang berjarak 500 meter dari rumah. Awalnya, dia berangkat pada pagi hari. Namun dia tidak membawa Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang menjadi menjadi syarat persyaratan gas melon. Yonih pun kembali pulang untuk mengambil KTP.
Setelah itu, wanita tersebut berangkat kembali ke pangkalan gas sekira pukul 11.00 Wib. Setelah mengantre sekira satu jam, Yonih akhirnya bisa membeli dua tabung gas 3 kilogram. Setelah itu, dia kembali ke rumah.
Dalam perjalanan pulang, Yonih kelelahan. Dia mampir ke tempat usaha pencucian baju atau penatu. Di lokasi tersebut, dia terduduk lemas. Salah seorang pegawai usaha penatu pun melaporkannya kepada pihak keluarga.
“Nah yang punya penatu di depan jalan ke rumah manggilin. Bilang emak duduk istirahat. Dijemputlah sama menantunya. Pas sampai di rumah langsung pingsan. Dia sudah bawa tabung gas saat itu,” ujar Rohaya saat disambangi di rumah duka.
Para keluarga sempat mengajaknya untuk berbicara, tetapi Yonih sudah memberikan respon. Akhirnya, Yonih langsung dilarikan ke rumah sakit Permata.
“Dia ngomong Allahuakbar allahuakbar, saya ajak ngomong udah kagak nyaut. Saya minumin aja sudah tidak mau. Langsung dibawa ke rumah sakit Permata, sampai disana sudah tidak ada, sudah meninggal,” jelasnya.
Rohaya menjelaskan jarak tempat mengantre tabung gas berkisar 500 meter dari rumah. Dia menduga karena kakaknya membawa dua tabung gas sehingga kelelahan.
Wafatnya Yonih tak disangka-sangka. Musabab, perempuan tersebut aktif setiap harinya. Almarhumah berjualan makanan berat hingga ringan untuk sarapan.
“Sehat banget. Tadi pagi masih buka warung. Sehari-hari jual nasi uduk pokoknya orangnya ngga mau diam, aktif. Setiap malam saya kesini bantuin bikin lontong, orangnya rajin,” katanya.
Tangis Rohaya pun pecah ketika menceritakan bahwa kakaknya tengah menabung untuk berangkat umrah ke tanah suci. Kepada Rohaya, semasa hidup almarhumah pernah bercerita memiliki keinginan untuk umrah.
Ketua RT setempat, Saiful menyampaikan memang warganya itu membeli tabung gas bersubsidi untuk memenuhi kebutuhan warungnya. Almarhumah pun langsung dimakamkan di TPU setempat.
“Sehari-harinya dia membuka warung pagi jual sarapan sampai sore. Dia membeli gas untuk kebutuhan warung dan sehari-hari,” pungkasnya. (eko)