SATELITNEWS.ID, SERPONG—Sebagai kota modern, Kota Tangerang Selatan (Tangsel) memiliki tantangan tersendiri. Jika tidak dikelola dengan baik, kota termuda di Banten ini terancam kehilangan jati diri atau budaya aslinya.
Demikian dikatakan Azmi Abubakar saat berbincang dengan pimpinan Satelit News dan Tangsel Pos di Intermark, Serpong, Senin (13/7). Azmi sendiri merupakan Ketua Dewan Pimpinan Wilayah (DPW) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Provinsi Banten yang digadang-gadang akan mendampingi Muhamad sebagai calon wakil walikota Tangsel pada pilkada 2020. Duet Muhamad-Azmi ini bahkan sempat mendapat surat dukungan dari DPP PDIP, sebelumnya kemudian DPP PDIP mengeluarkan surat dukungan baru atas nama Muhamad-Rahayu Saraswati.
Dalam perbincangan kemarin, Azmi memaparkan beberapa pandangannya tentang membangun kota. Menurutnya, Tangsel yang kini pembangunannya sudah berjalan, jangan sampai kehilangan jati diri atau muatan budaya lokalnya.
“Saya ini menjadi warga Tangsel sejak 1980. Dan saya sudah berkeliling ke seluruh kelurahan di Tangsel. Ternyata banyak situs bersejarah di kota ini yang rasanya sangat kurang terawat, bahkan ada beberapa yang sudah hilang, karena pembangunan,” terangnya.
Dijelaskan Azmi, Kota Tangsel memiliki ragam budaya khas, yaitu Betawi, Sunda, dan ada juga Tionghoa. Tangsel telah dihuni oleh hampir seluruh suku yang ada di Indonesia.
Azmi mengaku mempelajari ragam budaya yang menjadi ciri khas Kota Tangsel sudah sejak lama. Bahkan pada 1989 silam, dia sudah mendirikan organsiasi masyarakat Betawi di Ciputat Timur meskipun dia berdarah Aceh. “Saya paham betul apa yang terjadi dengan perkembangan kebudayaan asli kota ini, karena sejak 1989 saya sudah mendirikan organisiasi kebudayaan Betawi di Tangsel. Di kampus, saya mendirikan Himpunan Mahasiswa Betawi ketika itu. Jadi bisa dikatakan saya sangat mencintai kebudayaan Betawi sudah sangat lama sekali,” ungkap pria yang mulai akrab disapa Bang Bewok ini.
Kini, kebudayaan lokal tersebut menurut pandangan Azmi, sudah hampir hilang. Oleh karenanya, yang bisa menyelamatkan situs bersejarah tersebut ialah pemerintah daerah dengan membuatkan regulasi serta pengaturan dan kebijakan pengelolaan atau melestarikan kebudayaan asli Tangsel ini.
“Ini yang menjadi kegelisahan saya, jangan sampai kita terlalu modern, tetapi kita lupa dengan akar kita. Saat ini kita sudah memiliki Perda tentang Budaya Betawi, tetapi kan di Tangsel tidak hanya Betawi, ada juga Sunda. Dan ini juga harus kita akomodir, karena ini juga merupakan budaya asli Kota Tangsel,” ujarnya.
“Jangan sampai nantinya, mungkin 10 tahun lagi, anak-anak kita tidak ada yang paham, bahkan tidak tahu sama sekali sebenarnya Tangsel ini akarnya itu budaya apa. Jadi kota modern itu juga harus cinta terhadap budaya aslinya. Jangan sampai tergerus oleh modernitas,” sambungnya.
Jadi solusinya? Bang Bewok mengatakan, jika dia dipercaya memimpin Tangsel, dia akan membuat regulasi yang mengatur setiap sekolah harus memberikan muatan lokal pelajaran silat Betawi. Juga, harus ada pelajaran sejarah tentang para pahlawan yang dulu telah berjuang di Tangsel atau tokoh setempat pada masa dahulu yang berjasa bagi masyarakat.
“Dengan regulasilah kita bisa menyelamatkannya, dan itulah kenapa saya tertarik untuk maju menjadi kepala daerah. Karena dengan menjadi kepala daerah kita membuat kebijakan yang bisa membuat kota ini tetap cinta dengan kebudayaannya atau budaya aslinya,” pungkasnya. (dra/dm/bnn)
Diskusi tentang ini post