SATELITNEWS.ID, SERANG–Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dindikbud) Kabupaten Serang menyampaikan, tahun ajaran baru 2020/2021 Sekolah Dasar (SD) sudah dimulai sejak 13 Juli 2020 lalu. Namun sebanyak 90 persen SD di Kabupaten Serang, menerapkan Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Luar Jaringan (Luring).
Kepala Bidang (Kabid) Pembinaan SD Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Serang, Amar Ma’ruf mengatakan, metode KBM Luring dipilih karena letak geografis SD yang masih banyak berada di wilayah sulit jaringan internet, juga masih sedikitnya kepemilikan android pada wali murid.
Dengan metode Luring itu tambahnya, guru mengunjungi siswa yang akan dikelompokkan di daerah terdekat. Kemudian, guru bisa memberikan tugas pada para peserta didik tersebut. “Anak-anak (siswa,red), dipinjamkan buku paket dari sekolah oleh guru. Kalau tempat itu aman, anak-anak bisa diskusi kelompok di rumah warga. Tapi harus dipastikan itu aman, sehingga guru bisa melakukan pembagian tugas disitu sambil asessmen dan penilaian,” kata Ma’ruf, saat ditemui di ruang kerjanya, Rabu (15/7).
Katanya, dimulainya tahun ajaran baru 2020/2021 pada 13 Juli 2020, sesuai dengan kalender pendidikan nasional yang sudah disusun berdasarkan keputusan regulasi Kementerian Pendidikan Nasional (Kemendiknas).
Ia-pun memastikan, untuk pembelajaran tatap muka, dinas pendidikan masih belum bisa merekomendasikannya. Sebab pihaknya memegang regulasi Surat Keputusan Bersama (SKB) empat menteri yakni, Mendikbud, Menkes, Mendagri dan Menkeu.
“Disitu dinyatakan, bagi daerah yang masuk zona merah, kuning dan orange Covid-19, dipastikan tidak diizinkan proses belajar tatap muka. Tapi bagi zona hijau, boleh. Tapi, tetap mengedepankan protokol kesehatan ketat,” tambahnya.
Menurutnya, untuk Indonesia 84 persen Kabupaten/Kota masih zona kuning, hijau hanya 6 persen. Sehingga, untuk Kabupaten Serang-pun belum bisa memberikan rekomendasi belajar tatap muka. “Jadi selama ini, kami berlakukan menurut edaran yang sudah disebar. Masih proses pembelajaran jarak jauh, atau dari rumah. Kanalnya bisa Daring atau Luring,” tuturnya.
Bagi yang Daring tambahnya lagi, tentu hanya bisa dilakukan oleh sekolah yang ada akses internet dan memiliki android. Namun ia memaklumi, bahwasannya wilayah geografis SD masih banyak di pelosok. Sehingga, metode Luring paling banyak dilakukan.
“Kalau Daring, kita masih daerah tertentu saja, yang ada akses internet dan wali muridnya pada punya android. Kebanyakan Luring, karena di SD itu banyak status ekonomi masyarakat enggak bisa belanja (internet dan android). Daring hanya 10 persen di SD, sisanya (90 persen) Luring, dari 705 SD negeri dan 25 swasta,” paparnya.
Namun demikian ia menegaskan, walau sistem belajar menggunakan metode Daring dan Luring, seluruh ASN dan Non ASN guru dan tenaga pendidik, wajib datang ke sekolah masing-masing. Sehingga, di sana mereka tetap merawat gedung dan mempersiapkan proses pembelajaran, tugas-tugas pada anak dan diskusi, bagaimana pembelajaran jarak jauh pada anak didik. (sidik/mardiana)
Diskusi tentang ini post