SATELITNEWS.ID, SERPONG—Dinas Sosial Kota Tangsel mengungkap banyaknya pengamen dan pengemis kategori anak-anak yang mengais rezeki di sudut-sudut lampu merah. Mereka umumnya paling sering ditemui di sekitar bundaran Alam Sutera, Serpong Utara, serta perempatan lampu merah German Centre, Serpong. Dalam satu titik, biasanya terdapat dua hingga lima anak dengan amplop-amplop kecil di tangan.
“Para pengamen kecil itu berusia antara 5 hingga 12 tahun, bahkan ada pula yang masih Batita,” ungkap Kepala Dinas Sosial Kota Tangsel, Wahyunoto Lukman, Kamis (23/7).
Anak-anak di bawah umur itu menjadi korban eksploitasi oleh oknum dari luar daerah. Mereka sengaja diarahkan menjadi umpan untuk meraih empati dan belas kasih masyarakat pengguna jalan. “Ini bukan kemauan apalagi keharusan mereka, tetapi ada oknum yang memobilisasi memanfaatkan keluguan mereka untuk mendapat empati, belas kasihan, dan pemberian. Sekali lagi ini adalah unsur eksploitasi dan mobilisasi dari oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab,” katanya.
Pihaknya mendapat pengakuan dari sejumlah orang yang merekrut anak untuk menjadi pengamen jalanan. Anak-anak itu berasal dari luar Kota Tangsel, kemudian didrop pada beberapa titik yang dianggap ramai lalu-lalang pengendara.
“Jadi itu dari hasil monitor, evaluasi, dan penyelidikan kita. Bukan hanya anak-anak, tapi ada juga yang orang tua, atau yang masuk kategori Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). Mobilisatornya bisa dipidana, tapi PMKS nya harus dibina, harus kita tampung. Kebanyakan dari Jawa Barat, Brebes,” ucapnya.
Kasie Rehabilitasi Sosial Dinsos Tangsel, Hadiana, mengatakan, tak banyak jumlah pengamen anak-anak yang dibina di rumah singgah. Belakangan ini, hanya 3 anak yang pernah dititipkan dari hasil razia Satpol PP. Itu pun keluarganya tinggal di luar Kota Tangsel.
“Memang enggak banyak jumlahnya, terakhir cuma tiga anak. Jadi dulu ngamennya di bis-bis, tapi semenjak PSBB mereka ngamennya di lampu-lampu merah Alam Sutera dan German Centre. Keluarganya kita panggil, terus kita beri pengarahan dan kita pulangkan,” jelas Hadiana.
Keberadaan anak-anak pengamen itu telah terjadi sejak bertahun-tahun lalu. Biasanya, oknum koordinator mengambil kesempatan momen besar seperti perayaan hari keagamaan untuk mendrop anak-anak ke berbagai titik. Meskipun ada pula yang setiap hari disiapkan untuk terus mengamen di lampu merah.
“Ada yang musiman, ada juga yang tiap hari ada. Kalau yang musiman itu bahkan ada yang sampai dicariin tempat ngontrak di sini. Kalau yang tiap hari ada, biasanya tinggal deket- deket Tangsel,” pungkasnya. (jarkasih)
Diskusi tentang ini post