SATELITNEWS.ID, TANGERANG—Berawal dari keprihatinan melihat minimnya kesadaran masyarakat terhadap lalu lalang ambulans saat membawa pasien, Komunitas Respon Cepat Komunitas Badan Darurat Kemanusiaan (RC Badak) terbentuk di Kota Tangerang. Tanpa pamrih, mereka rela menerobos kemacetan untuk mengawal ambulans sampai tempat tujuan. Bagaimana kisahnya ?
Kemacetan kerap terjadi di saat ambulans harus melintas dengan membawa pasien. Sebagian pengguna jalan, rela menepi sejenak untuk membiarkan ambulans lewat. Sementara ada saja yang enggan antipati dan enggan menepi.
Untuk mengurai kepadatan jalan itulah, komunitas pengawal ambulans di Kota Tangerang, RC Badak berperan. Komunitas ini terbentuk sejak 3 tahun lalu namun baru diresmikan pada 6 Mei 2020 lalu.
“Kita tergabung dari komunitas yang beda-beda tapi punya satu tujuan yang sama. Lalu dijadikan satu dalam RC Badak,” ujar Ketua Komunitas RC Badak, Muhammad Diki kepada Satelit News, Rabu (12/8) di markasnya yang berlokasi di Jalan Jenderal Ahmad Yani, Sukaasih, Tangerang.
Dengan berkendara motor berbagai merek namun yang dimodifikasi bergaya advanture, mereka senantiasa mengawal Ambulans saat mengantarkan pasien. Bila diperhatikan saat komunitas pengawal Ambiulance ini turun ke jalan mereka nampak responsif. Tak peduli siapa yang menghalangi pasti mereka akan bertindak tegas membuka jalan. Yang penting, kata Diki, Ambulans dapat lewat dan pasien pun selamat.
Diki mengaku geram saat ada kendaraan yang tak merespon ketika Ambulans lewat. Padahal Ambulans masuk dalam salah satu kendaraan prioritas dan mempunyai hak istimewa. Hal tersebut telah diatur dalam pasal 135 UU Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan.
“Kita sering dipancing. Kadang ada saja kendaraan yang sengaja tidak memberikan jalan. Menghalang-halangi tugas kami. Ambulans memang mempunyai aturan dalam UU tapi kembali lagi banyak masyarakat yang belum sadar akan hal itu,” ujar pemuda kelahiran tahun 28 Juli 1996 ini.
Aksi ini dilakukan ketika Ambulans membutuhkan pengawalan. Biasanya, Diki dan rekan – rekan dihubungin oleh pihak Ambulans. Tak jarang aksi ini juga mereka lakukan secara spontan.
“Biasanya langsung menghubungi kita lewat telepon kita bersedia membantu mereka selama 24 jam. Intinya selalu ada siap tanggap untuk membantu masyarakat dalam keadaan darurat dan mampu melampaui segala batas,” jelas Diki.
Diki menuturkan kalau komunitas yang dia pimpin saat ini dibentuk oleh ayahnya, Asep Ruswiadi. Asep merupakan seorang aktivis kanker di Rumah Singgah Amarilys Kirana. Dia juga kerap mengendarai Ambulans untuk mengantar pasien. Saat ini, RC Badak telah dihuni oleh 21 orang. Tak ada bayaran yang mereka terima. Menurut Diki mereka bergabung secara sukarela.
“Di jaman sekarang banyak anak muda yang pergaulannya bebas dan hanya nongkrong-nongkrong yang tidak jelas, dari pada saya ngelakuin hal kaya gitu saya lebih tertarik melakukan hal ini,”ujarnya.
Selain mengawal Ambulans, ada juga kegiatan kemanusiaan yang mereka lakukan. Seperti membantu proses pengobatan pasien kurang mampu. Kemudian, melakukan bakti sosial dalam bentuk pembagian sembako dan kebutuhan lainnya.
Pendiri RC Badak, Asep Ruswiadi membeberkan alasannya mendirikan komunitas ini. Tak jauh berbeda dengan yang dikatakan oleh anaknya. Menurut pria 51 tahun tersebut tugas mulia ini akan senantiasa dia dan rekan-rekannya jalani. Meskipun, memang banyak resiko mengintai dijalan saat mengawal Ambulans.
“Ini panggilan hati. Melihat realita yang ada di lapangan kalau masyarakat masih ada yang tidak sadar akan kendaraan prioritas. Alhamdulilah saat adanya pengawalan ini membantu Ambulans saat melintas,” pungkasnya.
Asep menuturkan komunitas ini memang tak memiliki penghasilan dari aktivitasnya mengawal Ambulans. Meski begitu untuk memenuhi kebutuhan operasionalnya mereka mendirikan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM).
“Kami jualan nasi uduk, minuman dan makanan ringan lainnya. Hasilnya jadi uang kas kami untuk operasional,” pungkasnya. (dina/melyanisa/gatot)
Diskusi tentang ini post