TANGERANG, SN—Pemkot Tangerang disarankan menyeimbangkan program pemulihan ekonomi dan penanganan Covid-19. Pasalnya, imbas dari kebijakan penaganan pandemi Covid-19 ini sangat berdampak pada ekonomi masyarakat.
Hal tersebut diungkapkan oleh pengamat kebijakan publik dari Universitas Trisakti, Trubus Rahardiansyah. Menurut Trubus, sebagai contoh adalah Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dimana pemerintah membatasi semua ruang gerak masyatakat terutama yang berkaitan dengan aktivitas perekonomian. “Tidak bisa salah satunya dimarjinalkan, karena menurut saya persoalan Covid-19 ini akan berujung ke masalah perekonomian,” ujarnya, Sabtu, (29/08).
Trubus melanjutkan, menggerakkan roda perekonomian dapat terjadi dengan cepat jika pariwisata dan tempat hiburan kembali dibuka. Sebab, hal itu dapat menimbulkan multi efek. Seperti, bertambahnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) yang membuat pemerintah dapat kembali menjalankan berbagai program. Selain itu, penjualan pendagang kecil pun dapat kembali terdorong.
“Jadi sektor-sektor yang memberikan pemasukan kembali digerakkan. Mulai dari pariwisata dan hiburan, jasa perhotelan dan lainnya. Seperti Pemkot Bekasi memperoleh triliunan secara cepat,” katanya.
Kendati begitu, kata Trubus, penerapan protokol kesehatan harus betul-betul ditegakkan. Pengawasan pun tidak boleh kendur. Pelonggaran aktivitas masyarakat jangan sampai diartikan oleh warga sebagai pelanggaran penerapan protokol kesehatan. “Kalau PSBB nya sebenarnya efektif tapi pengawasannya saja yang rendah. Itu yang menyebabkan penularan Covid-19 tidak terkendali,” tegasnya.
Trubus menambahkan, penegakan protokol kesehatan di tempat pariwisata dan hiburan sejatinya dapat dilakukan. Salah satunya ialah dengan meminta setiap tempat pariwisata dan hiburan membentuk satgas Covid-19 secara internal. “Kalau di tempat wisata ya gugus tugas Covid wisata, kalau di hotel ya bikin dari internal hotel,” katanya.
Sebelumnya, untuk membantu meringankan kebutuhan harian warga yang terkena dampak Covid-19, Pemkot Tangerang adalah menggandeng Kelompok Wanita Tani (KWT). Selain menanam tanaman produktif, Arief berharap KWT bisa jadi pusat pembibitan sendiri di lingkungannya. “Kalau punya cabai, tomat, terong bisa mengurangi pengeluaran untuk belanja. Ditambah lagi kalau bisa pembibitan mandiri nanti tinggal sebar ke warga biar bisa nanem sendiri,”harapnya. (irfan/made)
Diskusi tentang ini post