SATELITNEWS.ID, TIGARAKSA—Seorang warga Kampung Kedongdong, RT 2/RW 4, Desa Pasir Nangka, Kecamatan Tigaraksa, bernama Suhandi (44), selama 24 tahun tinggal di gubuk reyot tanpa tersentuh bantuan apapun dari pemerintah.
Suhandi yang sering disapa Gepeng, tinggal seorang diri tanpa anak dan istri. Sehari-harinya, Suhandi bekerja sebagai seorang pemulung yang penghasilannya Rp20 ribu dalam satu hari. Katanya, terkadang jika sedang tidak memiliki uang untuk makan, dia mendapat bantuan dari tetangga dan saudara-saudaranya.
“Kerja saya serabutan, kadang sehari dapat Rp20 ribu, dari hasil mulung besi atau barang-barang bekas, seperti gelas plastik, botol plastik,” kata Suhandi kepada Satelit News, Minggu (21/11).
Menurut Gepeng, selain mengumpulkan barang-barang bekas, dia bekerja sebagai tukang gali septiktenk, membersihkan drainase, dan pasang pipa. Apapun dia lakukan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Gepeng merupakan anak kedua dari 8 bersaudara. Tetapi hanya ada dua saudaranya yang dekat dengan Suhandi, yaitu Usup Supandi anak pertama dan Neneng, anak kelima.
“Saya anak kedua dari 8 bersaudara. Cuma ya saudara saya juga perekonomiannya tidak jauh berbeda dengan saya. Apa saja saya kerjakan yang penting halal dan bisa buat makan,” katanya.
Menurut Gepeng, selama hidup dengan serba kekurangan tersebut, tidak pernah ada bantuan sosial dari pemerintah yang menghampirinya. Terkadang dia sempat iri dengan warga lain yang memiliki penghasilan yang cukup, tempat tinggal yang layak, tetapi mendapat bantuan sosial seperti BPNT, PKH, dan BLT Covid-19.
Sementara dia yang hanya bekerja serabutan, tempat tinggal kumuh, bahkan lantainya pun beralaskan tanah, tembok rumah bilik yang nyaris roboh, justru tidak pernah mendapatkan bantuan tersebut.
“Sudah 24 tahun menjalani kehidupan yang serba kekurangan ini. Namun tidak pernah mendapatkan bantuan sosial dari pemerintah, baik BPNT, PKH, Bansos Covid-19. Kadang saya suka iri, mereka yang mampu bisa dapet, kok saya yang seperti ini kenapa tidak dapat,” katanya.
Sementara itu, salah satu tetangga Gepeng yang lokasinya tidak jauh dari rumahnya, Sarip Hidayatullah menambahkan, bahwa pernah Gepenk diajukan agar mendapatkan bantuan, namun ternyata dia tidak bisa karena tidak memilki data diri, seperti KTP, Akte Kelahiran, dan KK. “Hal tersebut dikarenakan tidak memiliki data diri, KTP, dan KK,” katanya.
Menurut Sarip, Gepeng merupakan orang yang sangat rajin dan jujur. Namun terkadang semangat bekerja dan kejujurannya sering dimanfaatkan oleh orang lain.
Katanya, pernah bekerja sebagai tukang gali selama 3 bulan, tetapi upahnya tidak dibayarkan. Lalu pernah juga dia berjualan tempe keliling, namun gulung tikar karena terlalu sering dihutangi. Kemudian yang menghitung kabur tidak mau membayar.
Suhandi sering ditipu orang. Mungkin hal itu dikarenakan Suhandi dianggap orang yang tidak pintar, karena tidak pernah menelan bangku sekolah. Dia berharap, Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang atau Pemerintah Kecamatan Tigaraksa bisa memberikan bantuan berupa bedah rumah kepada Suhandi. Pasalnya, rumah yang saat ini ditempati Suhandi sudah sangat tidak layak dan dikhawatirkan roboh jika terjadi angin kencang.
“Orangnya baik, disuruh apa aja juga mau. Ulet kalau bekerja itu, cuma sering dimanfaatin orang. Mungkin karena dia dianggap orang kurang pinter,” katanya.
Sarip merasa bertanya-tanya, kenapa di Tigaraksa, yang notabenenya sebagai ibu kota Kabupaten Tangerang masih saja ada warga yang tidak diperhatikan oleh pemerintah setempat.
“Padahal ini masih Tigaraksa, dekat dengan Pemerintah Daerah, dekat dengan Kecamatan Tigaraksa, tetapi kenapa masih ada saja warga tidak mampu yang terlantar,” pungkasnya. (alfian/aditya)
Diskusi tentang ini post