Digital mindset bukan hanya kemampuan untuk menggunakan teknologi, tetapi lebih menekankan pada sikap dan perilaku yang berorientasi pada pemanfaatan teknologi digital dalam berbagai melakukan aktivitas.
SAAT ini kita sedang memasuki Revolusi Industri 4.0 yang memberikan dampak pada semua sektor, termasuk dunia pendidikan. Era Revolusi Industri dan keberadaan perubahan generasi ini menjadikan kita saat ini berada dalam keadaan VUCA (Volatility, Uncertainty, Complexity, dan Ambiguity).
Intinya, VUCA adalah dunia yang kita hidupi sekarang. Di mana perubahan sangat cepat, tidak terduga, dipengaruhi oleh banyak faktor yang sulit dikontrol, dan kebenaran serta realitas menjadi sangat subyektif.
Era Industri 4.0 di era distruptif, merupakan era yang sangat berdampak bagi profesi keguruan. Karena, di era ini digitalisasi tidak dapat ditutupi perkembangannya untuk memberikan manfaat yang lebih besar bagi guru. Yakni dapat lebih mempermudah Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) dengan siswa.
Guru ssebagai garda terdepan harus adaptif terhadap perubahan. Peran guru dan tugas guru sebagai salah satu faktor determinan bagi keberhasilan pendidikan. Dalam menghadapi pendidikan di era revolusi industri 4.0, guru menjadi wacana yang sangat penting.
Pendidikan di era ini menuntut adanya penataan manajemen pendidikan yang baik dan profesional. Mengingat strategisnya peran guru dalam pendidikan, apalagi di era global ini, maka kebutuhan akan guru yang berkualitas menjadi sebuah keniscayaan demi masa depan bangsa yang gemilang
Revolusi digital telah masuk sejak tahun 1980-an dengan perubahan teknologi mekanik dan teknologi digital harus disikapi dengan penuh keseriusan. Guru harus adaptif melakukan transformasi terhadap perubahan.
Prinsip yang harus dipegang adalah al-muhafadhotu ‘ala qodimis sholih wal akhdzu bil jadidil ashlah, yakni ‘Memelihara yang lama yang baik dan mengambil yang baru yang lebih baik. Artinya seorang guru harus responsif dan adaptif terhadap nilai-nilai baru yang membrikan manfaat.
Transformasi Dalam Sistem
Perubahan dalam sistem pendidikan memberikan implikasi pada peran guru sebagai tenaga pendidikan. Guru dituntut memiliki kompetensi tinggi untuk menghasilkan peserta didik yang mampu menjawab tantangan, mampu bersaing, berkompetisi di era digital. Setidaknya minimal 5 (lima) kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru di era ini.
Pertama, Educational Competence yang merupakan pembelajaran berbasis internet of thing sebagai basic skill. Kedua, competence for technological commerciliazation , yakni kompetensi untuk mendidik peserta didik memiliki sikap entrepreneurship berbasis teknologi dan mampu menghasilkan karya inovasi entrepreneurship berbasis teknologi.
Ketiga, competence in globalization. Dunia menjadi tanpa sekat ketika guru memiliki komptensi dalam era globalisasi. Tidak gagap teknologi dan mengikuti kemajuan jaman serta selalu unggul dalam memecahkan masalah.
Keempat, competence in future strategies. Guru harus memiliki kemampuan memprediksi dengan tepat apa yang akan terjadi di masa depan, karena dunia cepat mengalami perubahan seiring dengan perkembangan teknologi dan budaya. Kelima, counselor competence.
Kelima kompetensi diatas wajib dimiliki oleh seorang guru guna menjawab tantangan era digital. Era digital menuntut multikompetensi seorang guru.
Revolusi teknologi informasi dan komunikasi merupakan sebuah tantangan besar bagi dunia pendidikan di Indonesia. Kalau kita hanya menunggu, pasif, stagnan, dunia pendidikan ini akan tertinggal oleh negara-negara tetangga.
Peran guru dalam kegiatan pembelajaran di sekolah relatif tinggi. Peran guru tersebut terkait dengan peran serta peserta didik dalam belajar. Guru merupakan faktor pertama dan penentu (kunci) keberhasilan pembelajaran juga keberhasilan implementasi kebijakan, usaha-usaha inovatif, atau demokratisasi pendidikan.
Dalam konteks pendidikan, tugas guru yang paling utama adalah merencanakan, mengorganisasikan, melaksanakan dan memonitoring serta mengevaluasi pembelajaran disekolah. Oleh karena itu perlu adanya revolusi mental atau pola pemikiran (mindset) di sekolah yakni pembelajaran harus dimaknai sebagai penataan lingkungan agar terjadi perubahan perilaku sebagai hasil belajar pada peserta didik.
Guru yang keberaksaraan digital memegang peran penting sebagai konsultan pembelajaran untuk membantu peserta didik dalam memperoleh informasi, navigasi informasi dan berbagai informasi.
Peran guru dalam pembelajaran era digital adalah guru sebagai pendidik (educator) dan pengajar (instructor), mediator dan fasilitator, motivator, peneliti, demonstrator. Kemudian juga pengelola kelas, sumber belajar, pemimpin, pendorong kreativitas, orang tua dan teladan, pembawa cerita, pekerja rutin, emansipator dan sebagai evaluator.
Spirit atau ruh seorang guru jauh lebih penting dari segalanya. Ath-thoriqatu ahammu minal maddah. Wal mudarris ahammu minat thoriqah. Wa ma ahammu minal mudarris. Ruhul mudarris ahammu min mudarris binafsihi. Lebih kurang maknanya seperti ini: metode itu lebih penting daripada materi. Tapi guru lebih penting daripada metodenya. Lalu apa yang lebih penting dari seorang guru ? Jiwa guru lebih penting daripada guru itu sendiri
Dengan demikian, dalam melakukan transformasi digital, tidak hanya terbatas pada masalah teknologi, melainkan pada masalah mindset atau pola pikir para pelaku transformasi digital. Digital mindset bukan hanya kemampuan untuk menggunakan teknologi, tetapi lebih menekankan pada sikap dan perilaku yang berorientasi pada pemanfaatan teknologi digital dalam berbagai melakukan aktivitas.
Oleh karena itu seorang guru harus mampu mendesain pembelajaran yang bercirikan paradigma baru yaitu pembelajaran yang mengintegrasikan teknologi, dan media pembelajaran lainnya sebagai sarananya. Para guru harus lebih kreatif untuk mempersiapkan materi padat, lugas, dan efektif. (*)
*(Dosen Program studi PGSD Universitas Esa Unggul, Penulis Buku; Profesionalisme Guru di Era Revolusi Industri 4.0.)
Diskusi tentang ini post