SATELITNEWS.ID, SERANG–Pelaksanaan festival pesisir di Kota Serang tidak akan diselenggarakan dengan upacara adat ruwat laut. Hal tersebut lantaran, upacara itu dinilai tidak sesuai dengan nilai budaya Islam, sehingga diganti menjadi tebur benih.
Kepala Disporapar Kota Serang, Yoyo Wicahyono, mengatakan bahwa pihaknya akan menggelar festival pesisir pada hari ini. Pelaksanaan festival tersebut tidak di Pancer sebagaimana biasanya. “Festival Masyarakat Pesisir dilaksanakan di Pantai Gope, tadinya di Pancer cuma lagi direnovasi,” kata Yoyo, Kamis (26/11).
Selain tempat yang berbeda, Yoyo mengatakan bahwa pelaksanaan festival pun dibatasi akibat adanya pandemi Covid-19. Sehingga, festival akan diarahkan secara virtual melalui akun resmi milik Disporapar Kota Serang.
“Kegiatanya kalau yang sekarang menghindari kerumunan, jadi dilakukan ada yang secara virtual dan ada yang on the spot disana. Yang on the spot pun kami batasi,” tuturnya.
Seperti biasa, festival pesisir akan diisi oleh kegiatan makan ikan, lomba masak ikan, dan lomba perahu hias. Nelayan yang dilibatkan hanya sebanyak 10 orang saja dari berbagai kelompok masyarakat. “Kalau nelayan mah akan mengikuti perlombaan perahu hias. Itu hanya 10 nelayan yang terbagi dari beberapa kelompok. Jadi ada nelayan ikan, nelayan cumi, nelayan rajungan,” jelasnya.
Terkait dengan ruwat laut yang biasanya identik dengan festival pesisir, Yoyo mengaku hal tersebut tidak dilaksanakan. Sebab, berdasarkan diskusi dengan ulama dan tokoh masyarakat, ruwat laut sebaiknya tidak dilaksanakan dan diganti menjadi tabur benih.
“Hasil diskusi dengan ulama dengan tokoh masyarakat, karena ini di Banten dekat Masjid Agung maka diganti dengan menabur benih. Bisanya kan melarung sesajen, kepala kerbau atau apa itu. Kita menjaga kesakralan itu, jadi sudahlah kita tabur benih aja simbolnya,” tandasnya. (dzh/azm/bnn)
Diskusi tentang ini post