SATELITNEWS.ID, KABUPATEN TANGERANG–Seorang warga Kampung Cigereung RT 10/RW 03, Desa Pabuaran, Kecamatan Jayanti, yang bernama Sukarmi (73), sudah 30 tahun tinggal di rumah reyot seorang diri. Dia berhadap mendapatkan bantuan bedah rumah.
Diusianya yang ke 73 tahun, seharusnya Sukarmi menikmati masa tuanya bersama keluarga dan tempat yang nyaman. Namun tidak dengan dirinya yang sudah berusia lanjut ini, diketahui tinggal seorang diri tanpa ada keluarga yang menemani. Ditambah rumah tempat ia tinggal sangat memprihatikan.
Warga kampung sekitar, Juanda (37) mengatakan, sudah 30 tahun Sukarmi tinggal digubuk reyot. Untuk makan sehari-hari saja nenek Sukarmi sering mengandalkan belas kasihan para tetangganya dan jauh dari kehangatan keluarga.
Katanya, tidak jarang, hawa dingin sering merasuki tubuh nenek tua ini di kala malam hari melalui sela-sela dinding yang sederhana. Bahkan di beberapa sisi rumah nampak sudah tidak layak untuk dijadikan sebagai rumah tinggal bagi wanita ini.
“Keadaan rumahnya sangat memprihatinkan, sudah selayaknya nenek Sukarmi ini mendapatkan bantuan bedah rumah,” kata Juanda kepada Satelit News, Minggu (29/11).
Nenek Sukarmi menambahkan, bahwa dia juga memiliki rasa takut ketika tinggal di rumah gubuk tersebut. Sukarmi khawatir jika dinding rumahnya roboh dan menimpanya. Katanya, jika hujan disertai angin kencang, dia mengungsi ke sebuah masjid karena dinding rumahnya sudah terlihat rapuh dan tidak kuat untuk menahan angin kencang.
“Ya, saya takut roboh, kalau musim hujan pasti ada angin dan kalau hujan angin saya langsung keluar rumah dan ke masjid, karena takut roboh,” ungkapnya sambil menangis.
Kata Nenek Sukarmi, dia pernah memiliki suami, yang bernama Asep (78), namun sang suami sudah 20 tahun silam meninggal dunia karena sakit yang dideritanya. Sedangkan, anak pertamanya yang bernama Neneng (43), tidak pernah menjenguknya hampir 5 tahun lamanya. Kemudian anak keduanya Dede (38), sedang merantau ke daerah Jawa Timur, dan sudah 18 tahun tidak ada kabar sampai dengan hari ini.
“Semoga saja kedua anak saya bisa peduli dan melihat kondisi saya saat ini. Saya bisa bertemu kembali dengan kedua anak saya,” tuturnya.
Kepala Desa Pabuaran Suhendi mengaku, pihak desa sudah sering mengusahakan untuk minta bedah rumah kepada Pemerintah Daerah. Namun hingga kini pengajuan tersebut belum juga terealisasi.
“Kami sudah mengajukan bantuan bedah rumah, namun hanya dikasih janji tahun depan. Karena angaran tahun ini fokus dialokasikan ke penanganan Covid-19,” pungkasnya.
Ditempat yang sama, Camat Jayanti Yandri Permana menjelaskan, masih banyak sekali kebutuhan untuk bedah rumah, maka secara bertahap dia memprogramkan bedah rumah melalui pagu kecamatan. Dia juga meminta kepada kepala desa untuk mulai anggarkan di APBDes mulai tahun 2021.
Bahkan juga minta kepada beberapa perusahaan yang ada di wilayah Kecamatan Jayanti agar menghibahkan dana CSR-nya, untuk membangun rumah layak huni yang ada di sekitar Kecamatan Jayanti khususnya.
“Semoga tahun depan rumah yang tidak layak huni di kecamatan Jayanti bisa kita bangun secara bertahap, dan semuanya ini harus diajukan dengan proses sistem,” pungkasnya. (alfian/aditya)
Diskusi tentang ini post