SATELITNEWS.ID, SERANG—Setelah pencak silat ditetapkan sebagai warisan budaya tak benda United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO), kini Indonesia berusaha menambahnya. Debus digadang-gadang untuk bisa meraih predikat yang sama.
Hal ini disampaikan oleh Ketua Umum Perkumpulan Debus Banten Indonesia (PDBI), Ajat Sudrajat. Kata dia, kini seni debus sudah merambah ke berbagai wilayah di Tanah Air, tak hanya di Banten saja. Jadi sudah layak untuk go internasional.
Nah, untuk diakui dunia, PDBI sedang merancangnya. Langkah awal dengan menggelar Saresehan Nasional Debus Banten dengan tema ‘Eksistensi Seni Debus Dalam Perspektif Milenial’ di Aula Hotel Mambruk, Anyer, Kabupaten Serang, Sabtu (5/12).
Tujuannya, untuk menyatukan persepsi bersama antar penggiat debus. Soalnya sekarang banyak pemain debus yang sudah keluar dari jalur aslinya.
Contohnya, bila ada pameran debus disuatu tempat, hanya aksi-aksi mengerikan ditampilkan. Seperti memotong leher dengan sebilah golok atau aksi mengerikan lainnya. Itu sedikit keluar dari pakem debus aslinya.
“Padahal, debus harus diawali dengan shalawat kepada Nabi Muhammad SAW terlebih dahulu dan atraksi pertama yang dilaksanakan, memainkan alat berbentuk besi runcing dengan palu gada atau biasa disebut Alamadad. Sejarah aslinya demikian,” ucapnya.
Untuk memperjelasnya, PDBI pun menghadirkan seorang arkeolog professor Najib, praktisi debus kang Durrahman, dan budayawan Doktor Dodi plus ada perwakilan dari mahasiswa Untirta sebagai perwakilan kaum milenial.
Pria yang juga menjabat sebagai Ketua Umum Pengurus Provinsi IKatan Pencak Silat Indonesia (Pengprov IPSI) Banten ini mengakui, perjalanan untuk debus bisa masuk UNESCO memang sangat berat. Bagi pencak silat sendiri, butuh waktu hampir lima tahun.
“Kami menargetkan, mudah-mudahan minimal empat tahun sudah bisa masuk UNESCO,” tekadnya.
Makanya, sekarang sedang dibangun pondasinya terlebih dahulu. Menyatukan pemikiran dengan para ahli debus lainnya di Indonesia. Berikutnya, PDBI akan mengadakan festival debus skala nasional di tahun depan.
“Mudah-mudahan bisa terealisasi, karena kami mendapat bantuan penuh dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud). Terbukti, di acara saresehan dihadiri Direktur Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Restu Gunawan,” bebernya.
Lebih jauh, PBDI ingin pemerintah daerah membuktikan kepeduliannya terhadap debus. Semisal membuat Peraturan Gubernur (Pergub) untuk melegalisasi kepada sekolah-sekolah agar debus bisa masuk sebagai kegiatan ekstrakulikuller.
Terpisah, Praktisi Seni Pertunjukan Provinsi Banten, Doddi Espe menyatakan, debus merupakan kekayaan non-benda warisan leluhur yang patut dipertahankan dan dilestarikan, terutama oleh generasi muda Indonesia umumnya dan generasi muda Banten khususnya.
“Semoga debus bisa mendunia dan terus dipertahankan kebudayaanya di bumi pertiwi,” pungkasnya. (cmb/bnn/gatot)
Diskusi tentang ini post